Davara #21

239 15 8
                                    

|Happy reading|





°°°
"Davara mana tan?."

David yang tengah duduk menatap istrinya agar buka bicara. Ara yang baru saja mensajikan makanan tersenyum.

"Owh, itu Davara sudah pergi duluan. Katanya, dia mau ngumpulin data yang diminta sama gurunya. Sini kamu sarapan dulu, nanti kamu bareng om ke sekolahnya."

Aleta mengangguk lalu tersenyum. Dia duduk di meja makan dan mereka sarapan bersama. Setelah beberapa waktu lalu. Mereka sudah selesai sarapan.

"Tante, aku berangkat dulu yah. Makasih buat semuanya, masakan Tante enak. Maaf ngerepotin."

Ara mengangguk, Aleta berjalan keluar. Sedangkan David mencium kening Istrinya.

"Aku pergi dulu."

Ara mengangguk, dan menatap punggung David yang perlahan mengecil dari pandangannya.

°°°
"Eh, si entong. Tumben kesini, mau makan mie?."

"Hm."

Si Babe tersenyum, pelanggan pertama di pagi ini. Davara menatap handphonenya. Mencari kontak seseorang lalu memberinya pesan singkat.

Davara
|Gue tunggu kalian di warung babe|

Zovan
[Gue tunggu kalian di warung babe]
|Oke, kita otw|

Davara mematikan handphone. Babe menyajikan mie di mejanya, dan Davara memakannya. Dia belum sarapan. 15 menit kemudian, Zovan, Juky, dan Hamdani duduk berhadap-hadapan dengan Davara.

"Kenapa gak cerita kalau Frieden dalam bahaya?." Tanya Davara.

Mereka diam kikuk. Davara masih dengan wajah datarnya.

"Gue baru mau cerita, soalnya gue takut kasus lo masih belum selesai." Ujar Zovan.

"Si Zo bener Dav, kita gak berniat untuk menyembunyikan ini dari lo." Sahut Juky.

"Kita tau kok, kalau hal apapun itu harus kasih tahu lo. Tapi kita gak mau buat lo makin pusing." Ujar Dani bijak.

"Gimana masalah itu? Lo udah baikan sama Aleta dan keluarga lo?." Tanya Zovan.

"Lupakan gadis itu."

3 kata itu membuat semua mulut mereka membungkam. Tidak bisa berkata-kata.

"Sepulang sekolah kita rapat di markas."

Zovan mengangguk, dia tidak ingin membahas apapun lagi. Percuma,  jika di abaikan begitu saja.

"Babe. Juky hutang mie 1 porsi lagi ya. Pedes, pake telur, sayuran nya dikit aja." Teriak Juky.

"Ah elah Tong, Gue bangkrut kalo lo ngutang terus. Anak istri gue makan apa?."

"Elah, Be. Jan pelit kenapa. Kuburannya sempit." Ejek Juky.

"Nanti saya yang bayar." Sahut Davara.

"Mantep." Ujar Juky acungkan 2 jempolnya.

"Kalian mau, pesan aja." Ujar Davara.

Davara {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang