Davara #31

234 10 0
                                    

|Happy Reading|

~**~
Hal yang paling menyakitkan adalah, ditusuk dari belakang oleh seseorang yang sangat kau percaya. Terutama dia adalah seorang sahabat.

-Aleta Alexandra-
~**~

~**~
Saat ini, aku hanya seorang pria yang hanya bisa memastikan kamu baik-baik saja dari kejauhan.

-Davara Christopher-
~**~

~**~

Davara, Zovan, dan Juky tengah menikmati mie buatan Babe. Mereka kelaparan karena habis kena hukum bersihin gudang akibat ngobrol saat pelajaran sejarah tadi.

"Anjir sih Pak Wawan kalo ngajar berisik dikit kena omel," kesal Juky.

"Elu duluan sih, ngajakin gue sama si Davara ngobrol. Mana cape badan gue remuk rasanya," seru Zovan.

"Dani mana?" Tanya Davara.

"Tadi dia izin mau ke toilet, tapi nggak balik-balik ya? Mangkal kali temuin si Ony." Jawab Zovan.

"Beh! Juky mau es teh nya di gelas yak, sama gorengannya 2"

Zovan melongo mendengar Juky, memesan es dan gorengan lagi. Padahal Ia sudah minum 2 gelas dan menghabiskan 4 gorengan.

"Lu gak dikasih makan apa sama bokap nyokap lo?" Tanya Zovan.

"Bacot lu, gue laper diem dulu napa."

Juky melahap mienya, layaknya seseorang yang kelaparan. Zovan hanya menggelengkan kepalanya, sedangkan Davara tengah memainkan handphonenya.

Tak lama Hamdani menghampiri teman-temannya. Zovan menepuk pundak Davara. Davara langsung menatap Dani yang wajahnya sangat asam.

"Kenapa?" Tanya Davara.

"Cewek lo," jawab Hamdani.

"Gue dah putus," tutur Davara.

"Si Aleta otaknya terbuat dari apa sih? Bisa-bisanya mau dihasut si Alglen," kesal Hamdani.

"Hah? Kena hasut gimana?" Tanya Zovan.

"Alglen bilang yang mukul si Aleta sampe amnesia itu si Leony, terus katanya si Leony ngambil sesuatu yang berharga dari si Aleta. Gak ngotak anjir," kesal Hamdani.

"Dav, lu lagi kenapa?" Tanya Zovan.

"Gue ada urusan,"

Davara pergi meninggalkan teman-temannya. Zovan hanya terdiam, dan menarik tangan Juky juga Hamdani untuk mengikuti Davara.

"Anjir mie gua belum abis,"

"Babe mie ngutang dulu, si Zovan nanti yang bayar!"

Juky terus berteriak, sedangkan Zovan tengah mencemaskan temannya itu. Hamdani menghela nafas, dan mencoba mengerti apa maksud Zovan.

Mereka sudah sampai di kelas Alglen, 12 IPA 2. Davara masuk dan langsung memegang kerah Alglen.

"Weh, weh santai kenape lu ngajak berantem?" Tanya Alglen.

Davara {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang