Davara #4

708 35 0
                                    

°°°
Seorang yang sering memberikan sandaran kepada orang lain, dia juga berhak mendapatkan hal yang sama.
°°°

°°°
Tok tok tok

  Aleta membuka pintu rumahnya. Ia melihat seorang lelaki yang membawa satu buah kardus. Sepertinya ia kurir, tapi Aleta merasa tidak memesan paket apapun.

"Permisi, maaf apa benar ini rumah neng Aleta?"

  Aleta mengangguk. "Ya saya sendiri, ada apa yah kak?"

"Saya mau antar ini. Silakan di tanda tangani," Aleta mengangguk, dan langsung menandatangani tanda penerimaan paket.

   Aleta mengambil kotak itu. Lalu kurir itu langsung tersenyum sambil aga bungkuk lalu pergi. Saat Aleta masuk tiba-tiba ada suara klakson motor. Ia langsung membalikkan badannya.

  Seorang pria itu langsung menghampiri Aleta. "Ini neng, motornya sudah selesai diperbaiki."

Aleta menerima kunci itu. "Berapa semuanya bang?"

"Udah di bayar neng. Saya kesini cuman mau ngasih motornya aja. Saya permisi ya neng,"

"Eh, bang. Siapa yang bayar bang?"

"Aduh neng. Maaf banget, saya kebelet pipis. Saya mau pergi sekarang ya neng. Permisi,"

   Aleta baru saja ingin mengucapkan sesuatu. Namun lelaki itu langsung lari. Aleta hanya menghela nafas. Ia langsung masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintunya. Ia menaruh kotak itu di atas meja. Lalu membukanya.

   Ia kaget, karena ini berisi banyak kertas karton. Bahkan warnanya bermacam-macam. Ia bisa saja menjualnya, karena ini terlalu banyak. Ia mencari sesuatu lalu ia melihat satu buah surat.

|Isi surat|

Gue gak tau karton warna apa yang Lo perlukan. Jadi gue beliin semuanya. Gak usah di ganti, gue ikhlas.

   Aleta tidak tahu ia siapa. Bahkan saat perjalanan pulang ia hanya di izinkan bicara untuk menunjukkan arah pulang saja. Tidak boleh bertanya apapun itu.

Orang ini sombong. Nama saja begitu pelit untuk diucapkan. Batin Aleta.

  Aleta mendapatkan telpon. Ia langsung menjawabnya. "Halo, apa? I-iya iya. Gue kesana, tapi jangan sakiti nenek sama kakek!"

   Aleta langsung mematikan teleponnya. Ia langsung lari mengambil tasnya dan pergi.

***
"Tuan muda. Saya sudah menyelidiki, namun tidak ada hasilnya. Saya tidak bisa mencari keberadaan nona,"

"Lalu, apa saja yang kau dapat?" Suara yang tegas, dengan tatapan yang datar dan dingin seperti menusuk langsung ke tulang-tulang pria yang ada di hadapannya.

"Nona itu pindah 13 tahun yang lalu. Ke Bandung, namun kecelakaan menimpa mobil yang ia tumpangi. Kedua orang tuanya meninggal, dan dia tidak di temukan."

"Penyebab kecelakaan?"

"Ia di kejar-kejar, Depkolektor. Mereka tak sengaja menabrak trotoar jalan. Dan kedua orang tuanya meninggal di tempat,"

"Lalu bagaimana dengan Ale?"

"Ia selamat. Namun, ia langsung dibawa pergi oleh nenek kakeknya. Dan ini, membuat saya sulit mencari keberadaannya."

Davara {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang