Davara #15

358 21 10
                                    

SELAMAT MEMBACA
.
.
.
.
.

....
Diantara bunga yang indah, akan ada duri-duri yang menghadang. Singkirkan, dan dapatkan bunganya.
....

....
Sma Genius, kini tengah mengadakan acara pentas seni. Dimana setiap perwakilan kelas, menampilkan bakatnya tersendiri.

Sma Genius mengundang beberapa sekolah yang membuat acara semakin meriah. Di atas gedung terlihat 4 remaja yang tengah memandang ke bawah. Dimana acara di mulai. Yaitu Davara, Zovan, Hamdani, dan Juky.

"Lo kenapa Dav?." Tanya Zovan.

"Perasaan gue gak enak." Jawabnya.

"Lo baru sembuh, lebih baik lo istirahat aja. Biar acara kita sama anak osis aja yang jaga." Ujar Dani.

"Iya, bener kata si Dani." Sahut Zovan.

"Emangnya kenapa si?." Tanya Juky.

"Waktu bokap gue ajak si Ale buat ngomong something, sejak itu gue udah gak liat Ale lagi. Gue bingung."

"Dav, emang lo gak hubungin dia?. Dateng ke rumahnya atau semacamnya?." Tanya Juky.

"Udah. Tapi dia selalu gak ada. Gue hubungin gak di jawab, apa lagi chat di baca juga enggak."

"Lebih baik lo cari dia sekarang. Tapi kita harus hati-hati. The trouble maker pasti dateng ke sini. Kita harus bisa jaga biar acara gak rusuh malam ini." Ujar Zovan.

"Yaudah. Gue sama Juky mantau dulu." Ujar Dani.

Juky dan Dani pergi. Zovan menepuk pundak Davara.

"Diantara bunga yang indah, akan ada duri-duri yang menghadang. Singkirkan dan dapatkan bunganya." Ujar Zovan lalu pergi.

Davara memejamkan matanya. Mencoba mencerna apa perkataan dari Zovan.

Apa yang dikatan Zovan benar. Aleta itu ibaratkan bunga, yang dikelilingi duri. Yang akan melukai dan menjauhkan siapapun yang akan mendekati bunganya.

Artinya, Davara harus menyingkirkan duri-duri itu. Dan mendapatkan bunganya.

Davara pergi mencari Aleta. Namun ia berpapasan dengan Leony. Leony kikuk ia mencoba pergi namun tangannya di cekal oleh Davara.

"Katakan." Singkat, dingin, dan tegas. Itulah yang di dengar Leony.

"Aleta gak mau ketemu sama kakak dulu." Ujar Leony.

"Katakan!."

Semakin tegas dan dingin. Ya itulah yang di dengar kembali oleh Leony.

"Aleta di kelas sama brayan." Ujar Leony.

"Brayan?." Gumamnya.

Davara melepaskan cekalannya dan lari menuju kelas. Dan apa yang dia lihat, Aleta tengah berpelukan dengan Brayan.

Davara mengepal tangannya erat. "Fuck!."

Davara membalikan badannya. Dan mencoba untuk pergi. Namun satu kata yang dia dengar, membuat kakinya enggan melangkah pergi.

Davara {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang