"Terimakasih untukmu telah menjadi peran penting dalam hidup saya, dan untuk kalian terimakasih telah menjadi keluarga kedua yang hangat untuk saya." -Davara Christopher.
~♤~
Bianca mengetuk pintu rumah Alglen, dan saat Alglen membuka pintu satu tamparan mendarat dipipinya.
Paaak
"Brengsek!" Bianca sangat emosi, Alglen hanya diam dan menyentuh pipinya yang nyeri lalu menatap tajam Bianca. "Berani-beraninya lu buat Davara bahaya!"
"Gila lu!" Ketus Alglen.
Bianca tersenyum smirk, lalu menatap tajam Alglen. "Lu gak bakalan bisa bohongin gue. Inget! Sekali lagi lu lukain Davara nyawa lu sebagai taruhannya!" Bianca bicara sambil menunjuk mata Alglen. Bianca tidak takut dengan Alglen, Ia tidak mau orang yang disayanginya terluka terutama Davara.
"Bianca!" Alglen memanggil, namun Bianca tidak menjawab dan memilih pergi. "Lu gak pernah berubah Ian." Alglen membatin.
~♤~
Brayan tengah diam menatap kearah luar jendela yang tengah hujan. Raut wajahnya yang dingin, dan tatapan yang sulit diartikan. Rintik hujan, menghancurkan keheningan malam. "Kapan ini semua akan berakhir?"
"Sampai kapan gue harus berpura-pura seperti ini?"
"Sampai kapan gue harus nyakitin hati perempuan?!"
"Gue lelah! Sampai kapan Mamah balas dendam terus?!"
Brayan membatin, sambil melamun. Suasana kamar yang redup mampu menyembunyikan kesedihannya. Satu suara keras membuat lamunan Brayan buyar.
"CACA BRAMA!"
Brayan melihat kearah jam, sudah pukul 23.00 WIB. Sudah hampir tengah malam, namun suara yang tak asing ditelingannya membuatnya penasaran hingga pergi turun kebawah.
"P-papah.."
"Max?"
Caca dan Brayan berucap dalam waktu yang bersamaan. Mereka tersentak kaget melihat Max sudah bebas. Terlebih lagi, Max basah kuyup. "Kamu sudah bebas?" Tanya Caca.
Max tidak menjawab, Ia menatap Caca tajam. Namun Brayan langsung menarik Ibunya untuk berdiri dibelakangnya. "Jangan sakiti Mamah!" Pinta Brayan.
Max tertawa renyah, lalu raut wajahnya kembali datar sama seperti anaknya. "Ini urusan kami. Jika kamu menyayangi keluargamu, kamu jangan ikut campur!"
"Papah jangan melukai Mamah!" Max terkekeh mendengar jawaban dari anaknya. "Tenang saja. Sekarang kamu istirahat, ada urusan pribadi hanya Papah dan Mamah. Papah janji tidak akan melukainya."
Brayan ingin membantah, namun Caca mencegah dan menyuruh Brayan kembali kekamar. "Kamu ke kamar saja, Mamah baik-baik saja. Jika ada apa-apa Mamah akan teriak, dan untuk kamu Max. Lebih baik kamu mandi, kamu basah seperti ini nanti malah sakit. Setelah itu kita akan bicara."
Caca pergi kekamar, Brayan menghela nafas dan kembali ke kamarnya. Max tersenyum singat, "Kita harus akhiri ini, sayang. Aku ingin kamu sadar, dendam akan membutakan hatimu dan memperkeruh hidupmu. Aku sudah janji, aku akan merubahmu menjadi jauh lebih baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Davara {END}
Teen Fictionlanjutan ke dua, atau sekuel dari story Arabella. *** Davara Christopher, lelaki tampan, cerdas, yang memiliki sifat yang dingin namun bar-bar. Sifat ini ia wariskan dari kedua orang tuanya, yang memiliki sifat dingin dan juga bar-bar. Sering bolos...