Davara #38

266 10 3
                                    

"Saya hanya ingin menyelesaikan, apa yang seharusnya sudah terselesaikan." ~David Christopher.

~♧~

"Abel..."

     Ara memeluk anaknya dan menangis, sesak melihat anaknya tidur terbaring diatas brankar tanpa perduli bagaimana dunia ini.

    Ara membelai elus pipi Zarabel, disamping Ara memang tidak ada apa-apa. Namun, jika diberikan kelebihan bisa melihat wajah seorang Pria yang pucat dengan mata yang memerah ingin menangis.

    Pria itu ingin menyentuh Ara namun tidak bisa, tangannya malah tembus. Pria itu menangis, hatinya sesak melihat wanita yang Ia cintai hancur.

"Semua akan segera berakhir, air matamu akan menjadi air mata kebahagiaan Bel. Aku menyayangimu." Pria itu membatin.

"Apa Lucas ada disini? Aku bisa merasakan bau tubuhnya. Lucas?" Ara membatin dan mencari dimana-mana namun tak ada seorangpun disini, hanya ada dirinya dan anaknya yang masih tertidur.

    Namun Pria yang disampingnya tersenyum,  Ia sangat merindukan Belleza tunangannya dulu.

"L-Lucas?" Panggil Ara.

    Tiba-tiba hujan turun, beserta kilat dan petir yang saling bersaut-sautan. Seketika raut wajah Lucas menjadi dingin, dan merasakan sesuatu yang tidak seharusnya terjadi akan terjadi.

"Lucas?! Apa kamu disini? Aku merindukanmu, aku ingin merasakan pelukanmu. A-aku.."

     Ara memejamkan matanya, Ia merasakan sebuah pelukan namun pelukan itu sangat dingin. Sesuatu berbisik ditelinga Ara, yang membuat Ara menangis.

"Iya sayang, aku disini. Jagalah anakmu, aku harus pergi melakukan sesuatu. Jangan marah pada suamimu, karena sesungguhnya Ia hanya ingin melindungi kalian semua. Setelah ini berakhir aku akan pergi, terimakasih telah menjadi sosok yang pernah kucintai sepanjang hidup dan akhir hidupku. Aku menyayangimu Belleza, jadilah wanita yang berbakti pada suamimu. Kalian akan baik-baik saja, aku berjanji. Aku memang akan benar-benar pergi, namun kamu tak perlu khawatir. Aku akan selalu ada didalam hatimu Belleza."

    Seketika suara itu menghilang, Ara menangis sejadi-jadinya. Namun disisi lain, David tengah berjalan menyusuri hutan yang lebat itu. Kilat dan petir saling bersautan, David tidak membawa apapun Ia hanya membawa dirinya seorang.

   Tak lama Ia sampai di depan Mansion yang cukup mewah, namun berada ditengah Hutan. David menatap mansion itu tajam nan menusuk. Raut wajahnya yang dingin, dengan tatapan yang tajam menusuk menjadi temeng bahwa tidak ada permainan lagi. Kini Ia datang untuk menyelesaikan segalanya.

"Kalaupun akhirnya harus mati, saya akan siap mempertaruhkan diriku demi kebahagiaan anak dan isteriku."

    David menatap kedua paruh baya yang ada di sampingnya. "Saya akan mengakhirinya kakek,"

"Semoga beruntung nak,"

"Berjuanglah nak, dan kembalilah dengan selamat."

    Sepasang paruh baya itu perlahan menghilang, David berjalan menuju pintu gerbang. Gerbang terbuka lebar, di depan rumah sudah ada beberapa orang yang menunggunya. David terus berjalan, entah apa yang akan terjadi padanya David akan siap menghadapi.

    David berdiri ditengah Aula Mansion, menatap kesebuah orang yang tengah memakan Apel hitam dengan santai. Ia duduk dikursi kekuasaannya, dan tertawa saat melihat wajah David yang hanya diam.

"Ahahahaha, bodoh! Akhirnya kau datang juga menemuiku," Wanita itu melempar Apelnya sembarangan. "Mana anakmu? Apa dia sudah mati? Atau kau sendiri yang akan membuatnya mati, huh?"

Davara {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang