68. Say Yes

867 125 12
                                    

PUPILNYA mematuk pantulan kuyu diri di depan cermin, berkali-kali membuang nafas seolah beban berat tengah menimpa bahunya, "Kau baik-baik saja?"

Kepala serta merta menoleh, mendapati figur tinggi Tomioka Giyuu tengah berdiri diambang fusuma, "Giyuu? Kenapa kau tidak memanggilku?"

"Sudah, kau saja yang tidak menyadarinya." Kini tubuhnya berdiri tepat berdiri dibelakang, "Jangan bohong-"

"Aku tidak berbohong, apakah insting pilarmu itu tumpul?"

Kening refleks berkerut perkataan Giyuu seperti sebuah pertanda yang memang benar terjadi beberapa hari belakangan ini, "Tidak, sepertinya. Bagaimana pembicaraanmu dengan Tanjirou?"

Tubuh total berbalik, menatap kimono tidur hitam yang dikenakan pilar air tersebut sekilas lantas beranjak, "Aku akan melatihnya," ujar Giyuu mengikuti punggung kecil yang membawanya pada beranda, "Dan juga-aku menceritakan kejadian itu padanya."

"Souka."

Tanjirou menatap Giyuu dengan raut terkejutnya, mata beberapa kali mengerjap takut-takut apa yang diucapkan pemuda berusia 21 tahun itu adalah mimpi siang bolongnya saja. "Kau serius Giyuu-san?"

"Ya, aku bicarakan ini karena kupikir kau juga berhak tahu."

"Apa kau akan membicarakan ini dengan Urokodaki-san juga?"

Kepala bersurai hitam gagak menunduk, menimbang sejenak lantas mengangguk, "Iyah, setelah pertarungan ini berakhir. Aku akan menikahinya, tapi jika aku selamat."

[Full name] mengadah menatap hamparan langit hitam membentang bumantara, sangat selesa tak ada satupun rasi bintang yang terlihat. Kepala serta merta menoleh manakala punggung tangan disentuh, "Ada apa?"

"Kau sudah memikirkannya?"

"Tentang?"

"Perkataanku kemarin."

Kepala tak serta merta menoleh kendati ia tahu iris biru gelap itu tengah meminta jawabannya, "Sejujurnya aku tidak pernah berpikir sampai sana terlebih akan selamat di pertarungan nanti," lirihnya.

"Aku tidak butuh keraguanmu [Name]."

"Tapi Giyuu—"

"Aku hanya membutuhkan jawabanmu."

Netra menemani punggung lebar itu menjauh dari pandangannya, bibir ranum terkatup rapat menyebabkan garis horizontal tergambar jelas pada paras kirananya.

Keraguannya semakin besar saat larik kalimat Kyoujuurou beberapa tempo hari lalu bersarang pada isi kepalanya, "[Name], ada yang ingin kukatakan padamu."

"Tentang?"

Si pria energik itu tak lagi mengurvakan bibir keatas sejak presensi gadis itu sudah tahu tak bisa ia gapai, "Jika seandainyakau tak menemukan jawabanmu untuk kembali padanya, aku selalu ada disini."

Kyoujuurou menatap diam-diam karantala sang adiratna yang tengah duduk di depannya, selalu mengagumi pigura yang selalu membuat atensinya terambil, "Kyou"

"Aku tahu ini terlalu cepat kukatakan sama seperti saat sebelumnya aku mengatakan bahwa aku mencintaimu[Name] menikahlah denganku."

Ada keseriusan besar dalam mata kuning merah miliknya, kalimat yang diucapkan lugas oleh bibirnya mengirim desir nyeri pada sanubari si gadis-ia tidak bisa menyangkal bahwa perkataan itu pun menghantam ulu hatinya. "Kau tidak perlu terlalu cepat menjawabnya atau memikirkannya berlebih, mau bagaimanapun keputusanmuaku akan menghargainya."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang