57. Sword. 5. 1

827 146 1
                                    

NAFASNYA tersengal, [Name] menatap iblis itu tajam, "astaga mungkin saja Tuanku akan menaikan pangkatku jika membawa dirimu." Gadis tersebut tertawa renyah, punggungnya naik turun. "Percaya diri sekali sih, lagipula ikan sepertimu akan habis malam ini juga."

Tokitou berlari dengan Kotetsu dan Kanamori, "oh syukurlah tidak ada monster di sini!! Dia sedang bekerja di gubuk itu. Kami punya pedang untukmu!! Jadi ambilah dan pergi ke tempat kepala desa!" Ujar Kanamori. "Tapi aku tidak bisa." Balas Tokitou.

"Eh kenapa?" Baju belakang Kanamori ditarik kebelakang dengan cepat, "oww apa yang kau lakukan?"

Mata Tokitou menatap figur familiar gadis itu di depannya dengan iblis aneh, "apa yang kau lakukan di sini Muichirou?" Tanya [Name] menoleh pada pemuda berseragam Kisatsutai, seolah mempunyai insting bahwa Hashira itu tepat berada dibelakangnya. Tokitou tak menjawab, matanya hanya memandang iblis aneh dengan tubuh yang keluar dari guci dibawahnya.

"Hyo, hyo. Senang bertemu denganmu namaku adalah Gyokko. Bolehkah aku meminta waktu sebentar untuk membunuh kalian semua?" Tanyanya percaya diri, "para tamu yang terhormat maukah kalian melihat karya seni yang kubuat malam ini?"

"Seni? Apa yang kau bicarakan?" Tanya Tokitou dengan nada datarnya, sedang [Name] hanya mengeratkan genggamannya pada tsuka hitam nichirinnya.

"Biar kuperlihatkan." Guci yang berada di sebelahnya terlihat bergerak, lantas mengeluarkan sesuatu yang membuat perut bergejolak mual. "Sialan Gyokko!" Umpatan keluar dari bibir kecil gadis itu, tatkala melihat banyak korban iblis bulan atas lima itu pada tubuh warga penempa pedang yang menjadikan satu hingga berbentuk menjijikan untuk dilihat. Terlebih pedang-pedang yang tertancap pada tubuh itu membuat lonjakan amarah si gadis pilar hujan ini tak terbendung. "Kupersembahkan L'Agoniedes Forgerons (Penderitaan Para Pandai Besi : Perancis)"

Kotetsu dan Kanamori terkejut oleh apa yang dilihat oleh mereka, tak pernah membayangkan teman-temannya mati dengan mengenaskan.

"Saksikan tangan-tangan ini, dipenuhi oleh luka melepuh. Keunikan dari penempa pedang, aku sengaja memajangnya secara terang-terangan agar menyinggung kalian!"

"Kangouji-dono, Tetsuo-dono, Kanaike-dono, Koutaro..." ujar Kanamori menyebutkan nama dari 'karya seni' dari iblis itu.

"Tetsuhiro-oji san!" Teriak bocah itu tatkala melihat wajah yang tak asing. "Ya! Kau benar! Aku menggunakan lima pembuat pedang berkualitan untuk karya seni ini, aku tidak menyangka kalian begitu terpesona. Ah... tapi sayangnya makanan terakhirku malah pergi saat gadis ini datang." Gyokko membalas dengan nada senangnya lalu denga nada sedih yang dibuat-buat, gadis itu tahu bahwa kedua warga penempa pedang yang berada di belakang Muichirou sedang gemetar melihatnya.

"Dan, pedang-pedang yang menancap ditubuh mereka memperkuat nuansa 'pembuat pedang' karya ini. Aku membiarkan topengnya untuk menunjukan nuansa kekosongan dan ketidakjelasan. Semua ini kulakukan untuk menyinggung kalian!" Gyokko tampak bersemangat mempresentasikan 'karya seni' yang dibuat olehnya pada keempat orang disana, "ditambah lagi kalau kau memutar pedangnya...." iblis itu memutar salah satu pedang yang tertancap pada banyak tubuh penempa pedang yang tak terbentuk itu, disusul teriakan oleh salah satu penempa pedang disana.

"Akkkkh! Hentikan!!!" Teriak Kotetsu dengan tubuh kecilnya berontak dalam tangan Kanamori masih tak berhenti menangis. "Lihat menakjubkan bukan? Aku berencana memproduksi karya seni ini secara besar-besaran!!" Sahut Gyokko penuh bangga.

"Hei, hentikan itu sialan." Muichirou akhirnya berucap setelah penjelasan yang menguras banyak emosinya.

"Cukup Gyokko, dosamu itu tak bisa diampuni." Ujar [Name].

Tokitou langsung melesat cepat dengan nichirinnya untuk menebas kepala iblis tersebut, namun Gyokko jauh lebih cepat darinya sehingga iblis itu bisa menghindar dengan cara berpindah ke guci lain. "Aku belum selesai menjelaskan! Dengarkan dulu sampai selesai, kebanggaanku ada di guci—"

Perkataannya terputus oleh bilah nichirin putih yang menebas guci yang berada di atas gubuk itu. Muichirou berlari, mata hijau mint miliknya turun kearah bawah gubuk, menangkap guci lain yang sebelumnya tidak ada di sana. "Berani-beraninya kau merusak guciku..karya seniku!! Dasar mahluk tidak berbudaya! Kalian mahluk rendahan tidak punya otak, kalian tidak cukup pintar memahami karya seniku, tapi itu tidak masalah!" Gyokko berujar nampak marah melihat guci kebanggan miliknya terbelah karena gadis itu menebasnya.

"Aku tidak peduli dengan guci yang tak ada nilai seninya, bagiku gucimu itu seperti tak ada harganya Gyokko." [Name] berujar pongah mata heterochrom miliknya menatap ibli bulan atas itu dingin, kedua kakinya masih berdiri di atas gubuk. Sementara Muichirou berlari, wajahnya terlihat memikirkan sebuah cara.

Gyokko kembali mengeluarkan gucinya, membuat langkah Muichirou terhenti. Dari guci itu muncul dua ikan, kedua mulutnya terlihat membesar. "Ikan pembunuh : ribuan jarum." Salah satu ikan itu menyemburkan jarumnya kearah Muichirou sementara ikan satu lagi menyemburkan jarumnya kearah Kotetsu dan Kanamori di sana.

"MUICHIROU MENGHINDAR!!!" Teriak [Name], Muichirou berusaha menghampiri kedua warga penempa pedang itu untuk melindunginya namun yang dilihatnya kini adalah gadis yang berdiri dengan banyak jarum yang menancap pada tubuhnya. "Eh? Kau?"

[Name] menoleh pada dua orang yang berada dibelakangnya dengan senyum, "domo, aku Ame no Hashira [Full name]." Ujarnya lirih, "yokatta kalau kalian tidak apa-apa."

Kanamori yang memeluk Kotetsu itu gemetar saat melihat banyaknya darah dari luka di sana. "[Last name]-dono!" Teriaknya saat lagi-lagi bilah nichirin putih si gadis terlihat menangkis jurus iblis dari Gyokko. Kendati ditangkis jarum-jarum yang tak terkena bilahnya malah menancap pada tubuhnya, kendati lukanya berteriak sakit tubuhnya harus melindungi kedua orang ini.

"Ano ne, aku minta maaf karena tidak bisa melindungi warga di sini. Maaf kalau—"

"Kau berkata apa bodoh?! Kau melindungi kami! Kau tidak boleh berkata seperti itu saat tubuhmu sedang melindungi kami!! Dasar hashira bodoh! Bodoh!" Teriak bocah itu keras, membuat gadis itu hanya terkekeh. "Terimakasih, tapi bisakah kalian pergi dari sini?" Tanya [Name] masih dengan tatapan lurusnya.

"Cepat pergi!!" Teriak Tokitou dari kejauhan, membuat Kanamori sesaat terkejut sebelum ia mengangguk. "Maaf." Kata Kanamori yang langsung menggendong Kotetsu pergi. "Lepaskan aku Kanamori-san! Mereka sedang berjuang! Aku juga! Aku juga ingin—" sekilas nampaknya Kotetsu melihat bibir gadis itu mengulas senyum padanya seolah berkata 'percayakan ini pada kami.'

Gadis itu merintih tatkala matanya berkedut lebih dari biasanya, membuat tubuh limbung. Muichirou menyadari itu, hingga tubuh yang ambruk ditangkap oleh mata mintnya.

"Oi, bangun. Bangun, [Name]." Matanya mengerjap sinar putih menyapa kornea, "ah akhirnya kau bangun juga." Suara yang sedari terngiang dalam telinga membuat ia menoleh menemukan pemuda yang tengah tersenyum padanya.

Surai peach yang terbawa angin, mata violetnya memancarkan cahaya penuh hangat, tak lupa senyum yang selalu dirindukan. "Sabi..to? Nande?"[]

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang