76. Kokushibo. 5

498 104 9
                                    

NAFASNYA MEREKA TERENGAH. "Hoi kau tidak boleh mati disini."

"Sanemi jika pertarungan ini berakhir akan kubungkam mulutmu dengan pistol milik Genya. Nyatanya kau yang sekarang berdarah-darah Sanemi," sahut [Name] menangkis serangan yang keluar dari Kokushibo. Genya mendecak, situasi yang cukup gawat berharap akan ada satu pilar lagi yang akan datang kemari.

Sepertinya Kami-sama mendengar panjatan doa itu dengan cepat, karena detik berikutnya Himejima Gyomei datang diantara ketiga pilar tersebut.

"Shinazugawa, jahit luka diperutmu sekarang kami akan melawan dia selagi kau melakukan itu."

"Tentu, terimakasih."

"Himejima-san, kami akan membantumu." Muichirou mengangguk setuju dengan perkataan [Name] pada pilar batu tersebut.

Pertarungan sengit kembali terjadi, Himejima melancarkan serangan untuk membuka celah sedang Muichirou dan [Name] berusaha untuk mengimbangi kecepatan tempo serangan. "Iwa no kokyu : Ni no Kata: Tenmen Kudaki."

Bola berduri dilempar jauh oleh Gyomei, rantainya melilit leher Kokushibo yang terlihat tidak bisa memutuskannya. "Muichirou kukatakan satu hal agar pertarungan ini berakhir dengan cepat," lirih.

"Huh?"

"Mungkin beresiko, tapi aku yakin ini mungkin sedikit berhasil."

Mata hijau mint berdenyar mendengar rencana kepalang bodoh yang dinyatakan dalam situasi seperti ini, "Itu jurus yang bisa menghancurkan organ pernafasanmu, kau yakin?"

"Sangat, diakhir bantu aku."

Atensi mereka berdua kini beralih kembali pada pilar batu yang bertarung, pedang Kokushibo yang terkena serangan dari senjata Gyomei sempat hancur untuk sesaat namun dengan cepat pula beregenerasi. "Aku ingin menyimpan ini untuk saat melawan Muzan tetapi jika aku gagal disini, aku akan selesaikan apa yang sudah aku mulai. Aku takkan rugi menggunakan ini disini!!"

Tanda pemburu iblis miliknya muncul pada kedua lengannya.

Shinazugawa Genya harus melakukan sesuatu untuk membantu semua orang itu, mata miliknya menelusuri apa yang harus diakali oleh otak. Manakala pupil mata tertuju pada sejumput rambut iblis bulan atas hasil dari pertarungan dengan Himejima serta patahan pedang, tangan dengan cepat menyambar dua benda tersebut.

[Name] mengambil nafas panjang, tepukan pada pundaknya membuat ia menoleh raut Tokitou menatap dirinya cemas. "Aku membutuhkan setidaknya waktu untuk jurus itu, bisakah kau mengulurnya?"

"Ya."

Sejujurnya Tokitou hanya berharap kecil dari pertarungan ini, jikalau bisa mengalahkan iblis bulan atas pertama setidaknya mereka bisa meringkankan beban nyawa yang saat ini tengah bertarung. Tapi jika ditilik lagi butuh sebuah kontribusi kekuatan yang cukup besar, dan rencana gadis itu tidak terlalu buruk dan juga tidak terlalu bagus.

Hanya setengah.

Mereka bisa mati jika rencana ini gagal, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.

°•°

"Chikara, kekuatanmu masih belum kuterima sepenuhnya."

"Aku tahu, karena tubuhku masih mencoba beresonansi masuk dalam inti jiwamu."

[Name] mengigit bibir, "Butuh waktu berapa lama?"

"Lima belas menit."

"Akan kulakukan sendiri."

Chikara menatap gadis itu lamat-lamat, "Kau serius? Setidaknya kekuatanku masih bisa menghambat kerusakan paru-parumu itu."

Kepala menggeleng, wajahnya memaling kesamping. Hamparan putih sejauh mata memandang, "Itu cukup lama, walapun aku yakin mereka dapat bertahan tapi energi mereka bisa terkuras."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang