DIA kecewa, oleh sebuah pengakuan lugas yang keluar dari bibir seorang Tomioka Giyuu. "Kediaman gadis itu, bermalam."
Shinobu tak mengharapkan Giyuu yang kelewat jujur, namun pikirannya kembali dibawa sadar bahwa pemuda inilah Tomioka Giyuu. Shinobu tidak tahu harus marah padanya atau bagaimana, dia tahu hubungannya dibawa paksa oleh diri lantas mengajak si pemuda yang masih dilabilkan oleh perasaan. "Kau masih mencintainya, kan?"
"Bukankah sudah kentara?"
Sangat jelas kentara. Kocho Shinobu sudah tahu sedari awal, namun ia mencoba menyangkal, mencoba untuk memahami bahwa Giyuu masih membutuhkan waktu untuk mencintai dirinya. "Apa kau akan terus mempertahankannya seperti ini?"
"Aku—"
"Kaupun tahu bahwa...aku tidak pernah menaruh afeksiku padamu."
Dunianya seolah berputar, dibawa jungkir balik oleh orang berada di sampingnya. "Aku tahu, aku tahu, aku tahu kau akan berkata seperti itu. Sedari awal kau memang mencintainya,"
"Jika kau paham lantas kenapa?"
"Aku mencintaimu Tomioka-san, aku mencoba menutupi namun tidak bisa saat tatapanmu terus mengarah padanya."
"Dan kau memanfaatkan itu...."
Shinobu terdiam, pada ujung koridor kediamannya, perkataan-perkataan Giyuu terus terngiang pada otak, tangan menyanggah tubuh yang gemetar hebat, kepala tertunduk menatap lantai kayu dingin yang ia injaki. Hingga kedua netra memburam, saat itu Kocho Shinobu menangis perihal diri yang terlalu bodoh keinginan egois memisahkan kedua manusia yang saling memiliki rasa. Satu kepalan tangan mengerat, Shinobu tahu ia harus melepasnya tapi...tidak bisa. Dia sudah terlanjur mengambil jalan cukup jauh.
Kedua insan berhenti tepat didepan pintu kediaman Hashira hujan tersebut, "terimakasih sudah mengantarku sampai rumah." Dia tersenyum, menatap wajah Kyoujuurou yang kepalang tinggi untuknya. "Umu, tidak masalah, soreyori kau sudah menengok Uzui-san?"
"Ah paman itu ya? Belum, aku juga belum sempat menengok Tanjirou dan yang lainnya. Mungkin besok?"
"Kalau begitu besok aku akan menjemputmu."
"Hah?"
Si pemuda terkekeh, bahunya naik turun seiring tawa yang dikeluarkan. Wajah gadis tersebut yang terkejut sangat lucu dimata si sulung Rengoku. Namun suara tawa itu menyergap memasuki hati, melihat bibir terbuka dengan suara 'hahaha' Kyoujuurou, telinga mendengarnya dengan renyah sedikit mengantarkan rasa nyaman. Hingga tanpa sadar tawa lain ikut terdengar, Kyoujuurou terpana total oleh figur gadis di depannya.
Tawa lembut darinya seolah diri diguyur satu kendi madu, kelewat manis. Dunia Kyoujuurou seolah terang, mata itu menyipit menyembunyikan warna [e/c] di dalam kelopak mata, sudut bibir di tarik keatas kepalang sempurna. Kyoujuurou bungkam, debaran jantung dipacu mati-matian, darah mendesir seketika. Gadis itu cantik, dengan latar langit oren gelap, matahari terbenam tepat di belakang punggung kecilnya.
Satu langkah mendekati, tanpa sadar akan tindakan. Figur mungil ia dekap dalam tubuh besarnya, dersik membuat Haori motif api yang dikenakan berkibar, hidung mancung kecil gadis tersebut disambut oleh aroma seperti matahari senja, terlalu hangat, bahkan ia takut tubuh dibawa kebakar.
"Aku akan menjemputmu [Name], di sini...bisakah seperti ini dulu? Lima menit mungkin?"
Kyoujuurou merasakan anggukan kecil, tidak masalah tubuh jangkungnya membungkuk untuk waktu yang menurutnya lama, ia senang. Afeksinya diterima oleh si gadis yang telah lama mencuri fokusnya, namun juga merasakan sesak disaat yang bersamaan. Ingin memaksakan agar membalas rasanya percuma, kata-kata sang ibu melintas dalam benak. Haruskah ia ungkapkan?
"[Name]..."
"Y-ya?" Kyoujuurou mengambil nafas dalam, bibirnya kelu, jantungnya sudah berdebar untuk kesekian kali, kepalanya pening bukan main saat sebuah keraguan menyelinap masuk.
Sekarang atau tidak selamanya.
"Bagaimana jika kukatakan, aku mencintaimu?"
Dia tidak terkejut, gadis itu tahu akan ada sebuah waktu dimana perasaan yang tiba-tiba terpendam lantas membuncah, "Kyou, aku—"
"Tunggu, biarkan seperti ini. Aku tidak ingin kau melihat wajahku," lirih namun jelas terdengar. "Kau tahu? Aku berusaha untuk tak mengatakannya padamu perihal perasaanku, aku tidak ingin membebanimu hanya karena ini,"
Kyoujuurou merasakan baju seragam kisatsutainya diremat oleh kedua tangan, "aku tahu seharusnya aku memendam ini lebih lama, tapi aku tidak bisa...hatiku terus berontak menginginkanmu [Name], maaf. Aku egois."
Tidak ada jawaban, hanya sebuah desir memenuhi pendengaran mereka, tapi telinga gadis itu menangkap semuanya kalimat per kalimat yang Kyoujuurou ucapkan serta suara dari detak jantung yang dipacu seiring dia berkata. "Aku sudah mengetahuinya, dari wajahmu. Kau tidak ingin menjatuhi diri kembali pada lubang yang sama, tapi disaat itu pula aku tahu kau tengah berbohong [Name]."
Seberapa banyak yang Kyoujuurou tahu? Terlihat kentara kah?
"Aku tahu seharusnya aku menyerah sejak saat itu..." Kyoujuurou diam, lintasan memori saat itu tiba-tiba terputar.
Dia berjalan, dalam hening. Pertemuan Hashira pada markas utama terselesaikan sepuluh menit yang lalu, ada yang mengusik pikirannya saat netra merah miliknya mendapati terus menatap wajah gadis itu diam-diam, bahkan hingga sekarang bayangan wajah tersebut terus melewati otaknya.
Langkah berhenti, saat melihat siluet dua orang yang tak asing pada matanya, pemuda tinggi dengan surai yang terikat rendah, serta figur kecil yang berdiri tepat didepan pemuda tersebut. Entah darimana datangnya sebuah rasa penasaran, hingga langkah sedikit mendekati dan bersembunyi pada batang pohon yang cukup besar.
Matanya menilik, susah dilihat jika dalam malam, tapi saat sinar bulan membantu pengelihatan netra, pria itu sadar bahwa pemuda yang berada di sana adalah Tomioka Giyuu dan [Full name]. Banyak tanda tanya dalam otak, merasakan sebuah rasa sesak mencengkram hati tatkala sang Hashira air itu memeluk tubuh gadis di depannya.
Sebuah senyum kecut tercipta pada wajah, saat Giyuu merengkuh tubuh itu, kalimat yang terdengar samar-sama terucap, "haori ini, motif ini. Aku membencinya dia meninggalkanku sendiri."
Pemuda itu mengambil kesimpulan, yang kelewat jelas. Sang gadis yang berusaha melupakan seseorang, rasanya tak perlu lagi kejelasan dalam pandangan mata sekarang, dengan netra merah yang bersembunyi di balik batang pohon ia melihat tangan gadis itu balas memeluk Giyuu, membenamkan wajahnya pada dada bidang milik pemuda itu yang terbalut seragam hitam pemburu iblis "Onegai, aku tahu ini akan terdengar egois bagimu, tapi aku tidak ingin kau juga meninggalkanku Giyuu."
Tertawa pahit dalam bayangan hitam, Kyoujuurou mengasihani diri sendiri.
"Ikanaide. Aku hanya takut. Dia, dia juga bilang seperti itu. Dan akhirnya meninggalkanku, dakara onegai Giyuu ikanaide." Dan dia tahu bahwa Tomioka Giyuu adalah orang yang akan menjadi obat pada luka hati.Kyoujuurou tahu kalau dirinya sudah kalah. Otaknya selalu memikirkan 'jika' dalam-dalam, jika saja dia bertemu dengan gadis itu lebih awal, mungkin saja keadaannya akan berubah kan?
"Aku mencintaimu, [Full name]. Dan aku akan tetap melakukannya."
Kendati kau tidak akan pernah membalasnya.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑
Fanfiction˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒕𝒐𝒎𝒊𝒐𝒌𝒂 𝒈𝒊𝒚𝒖𝒖 ↳completed. ❝tenanglah, takdir akan selalu menjadi pelita untuk kita selalu bersama. Tidak ada yang perlu ditakutkan kasih, karena aku akan selalu membasahi ragamu dengan tirt...