80. Downpour

1.4K 129 21
                                    

think you should play this music on this last chapters! :

➢ Kepergianmu - Vierra
➢ Seandainya - Vierra
Cinta dalam hati - Ungu

°•°

"Sukmanya melangkah dengan sebuah senyum pada paras manifesti sang surya, meninggalkan daksa mendingin dengan guyuran tirta korban tangis angkasa kelabu. Tak pernah ada kata perpisahan terucap pada labium penuh merah mengalir, namun aku ingin mengucapkan kata 'Selamat Tinggal' pada punggung yang membelakangiku. 'Selamat menempuh jalan baru' pada atmanya yang terbang menembus awan, dan 'Maaf' untuk sebuah perasaan yang tak bisa aku balas saat dirinya ada dunia ini."

SEMUA PASANG MATA MEMBELALAK. Tubuh besar itu melindunginya, menjadikan dirinya benteng untuk sang gadis. "Kyo—"

"Honō no kokyū : Ku no kata: Rengoku."

Dengan sisa kekuatan terakhir, tebasan nichirinnya dengan cepat membuat tubuh Muzan terbagi menjadi beberapa bagian. Lantas hilang dan menjadi abu.

Daksanya merosot jatuh bersimpuh dengan lutut menghantam tanah detik kemudian jatuh seolah kehilangan keseimbangannya, bibir audiens berteriak dalam fajar membungbung, "RENGOKU!!!"

"Rengoku-san!"

Si gadis terseok pada tanah perlahan menghampiri pilar api yang tergenang merah, "Kyojuurou? Kyo? Hey bertahanlah." Karantala sang gadis tak berhenti bergetar saat merasakan luka menganga pada perut dengan cepat tangan itu susah payah mengangkat tubuh pria mentari ini agar berbaring pada pangkuan, "[Name]?"

"Iyah ini aku, bertahanlah, ya? Seperti saat itu kumohon bertahan Kyo-" kalimatnya dipotonh oleh gelengan lemah. Labium dengan semburan merah tersenyum tipis, "Tidak, aku sudah menyerah."

Iyah, aku sudah menyerah.

Manik melotot dengan tangan yang masih tekuri durja sang api membuat anyir merah terlukis disana, "Kyo! Apa yang kau katakan?!"

Para pilar menghampiri keduanya, Tomioka Giyuu duduk disamping sang kekasih. Iris kuning merah menatap kentara nestapa pada sorot dari kelereng redup, "Ketika tiba jantungku berhenti, aku yakin dunia ini sudah kunikmati sepenuhnya."

Kau pasti begitu juga kan? Duniamu sudah cukup utuh.

"Kyo...."

"Kumohon [Name] dengarkan aku," suaranya serak mengiris tajam nurani siapapun yang mendengarnya. Semua pilar tahu bahwa dua daksa itu hampir diambang kematian nyata depan mata, namun yang satu masih menguatkan sementara yang satu perlahan menyerah dengan takdir, "Aku tidak bisa mendengarnya, aku tidak mau mendengarnya. Berhenti berbicara, gunakan pernafasanmu untuk menutup lukanya, cepat Kyo—"

"Lukaku cukup besar, saat ini tidak ada yang bisa menyembuhkan lukanya. Termasuk kaupun tidak bisa. Jadi dengarkan kataku sekali saja, mungkin ini akan menjadi akhir bagi kita juga, kan?"

Keheningan pagi menyelimuti mereka. Isak tangis masih disembunyikan pada pelupuk, bibir kecilnya terkatup. Terdengar deru nafasnya tersengal dalam, hingga senyap itu pecah manakala bibirnya berucap. "Sejak awal aku menaruh perasaan padamu, dengan bodohnya terus berharap kau akan melihatku nantinya padahal aku tahu hanya Tomiokalah yang kau lihat eksistensinya."

Ya, aku jatuh cinta. Tapi tidak mengetahui bahwa kau pun jatuh cinta—bukan denganku.

Ia menarik nafas dalam, "Aku mencintaimu mungkin dengan keterlaluan, jika aku berada didekatmu jantung ini memompa lebih cepat." Mata amati durja itu, mematri setiap detil yang dia dapati saat pupilnya menatap gadis hujan ini. Ingin mengingat jika nanti dirinya sudah dinirwana bersama sang ibu.

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang