MALAM, waktu yang tepat jika Kisatsutai memburu oni, begitu juga yang sedang dialami gadis itu, langkahnya berjalan dengan lambat telinganya ia pasang baik-baik karena informasi setelah ia memasuki sebuah wilayah misinya, rumor orang yang menghilang terus menerus berdatangan. Membuat gadis itu mengeriyit heran, kala ia melihat dua orang yang berjalan pada malam hari, awalnya gadis itu berniat untuk menghampiri namun gerakannya terhenti saat dihadapan kedua orang itu muncul sesosok oni dengan taring yang mencuat besar, serta cakar panjang yang mungkin bisa mengoyak tubuh menjadi beberapa bagian saja.
Segera ia menyiapkan pernafasannya, dengan tungkai kaki yang melesat cepat, serta tangan kanan yang sudah bersiap menarik nichirinnya.
"Mizu no kokyu [Nafas air], Ni no kata [Bentuk kedua]: Mizu guruma![Roda air]"
Lengan besar itu tertebas hingga menyisakan seperempatnya saja, kedua gadis itu berteriak kencang melihat tangan yang menjadi abu "Kalian pergilah cepat."
Suara teriakan yang menggema membuat kupingnya pekak bukan main, tatkala oni itu sudah menumbuhkan kembali lengannya ia langsung menyerang [name], gadis itu menghindar, maniknya masih melirik kedua gadis yang terdiam dengan tubuh yang bergetar "Kubilang pergi kalian berdua!" Kedua gadis itu menggeleng lemah "T-tidak bisa tubuh kami terlalu lemas" suara patah-patah serta nada ketakutan itu memasuki telinga [name]. Gadis itu berdecak kala lengan oni itu melancarkan serangan pada kedua gadis yang tengah bersimpuh pada tanah, ia tahu gadis itu tahu perasaan pertama kali melihat monster berada didepan matanya karena gadis itu pernah merasakannya.
Kembali gadis itu melesat dengan cepat menebas kepala oni dengan cepat "Mizu no kokyu [Nafas air] : Ichi no kata [Bentuk pertama] : Minamo giri![Irisan permukaan air]"
Kedua gadis itu terbelalak kaget melihat kepala oni yang menggelinding menghampiri mereka "Oi! Oi! Jangan bercanda! Aku tidak mungkin kalah!!! Beraninya kau menebas kepalaku wanita sial!!!" Umpatan dari kepala oni membuat [name] sedikit jengah, ia menghampiri oni tersebut "Lalu kalau kau tidak kalah, kenapa buktinya kau berada ditanah? Jangan terlalu merasa berada diatas, pandanglah yang berada dibawah juga" mata merahnya membelalak, benar. Iblis itu selalu merasa dirinya diatas kesempurnaan tanpa memandang mahluk lain.
Mungkin saja karena aku terlalu sombong merasa bahwa ini adalah karmaku, terimakasih, batin oni memandang gadis yang tengah menyatukan kedua tangannya "Semoga tenang dialam sana."
Manik gadis itu melirik, kedua gadis yang menatapnya penuh derai air mata "Mou daijobu. Kalau begitu aku pergi, berhati-hatilah saat pulang." Ia tersenyum, kedua gadis itu tiba-tiba mencekal [name] "A-arigatou karenamu kamu baik-baik saja. Arigatou" ucap salah satu perempuan dan diangguki oleh perempuan disebelahnya "Ii yo daijobu jangan terlalu dipikirkan, jaa ne!" [Name] dengan cepat melenggang pergi.
Sedikit lega karena misi pertamanya berhasil, gadis itu berhenti pada satu kedai pinggir jalan "Sumimasen, apa kedainya masih buka?" Pria dan wanita itu menoleh dengan senyumnya "Tentu saja! Mari masuk!" Kurva tipis itu membuat senyum, ia mengambil duduk pada salah satu meja yang terlihat kosong "Oji-san aku pesan takoyaki satu lalu ramen satu lalu yakisoba satu." Seru [name] dengan semangat saat melihat daftar menu yang terpampang "Osu! Tunggu sebentar! Makanmu banyak juga rupanya!" [Name] hanya terkekeh menanggapinya.
Manik gadis itu melihat sekeliling bangunan rumah yang terpampang dari luar pintu, tatkala gadis itu merasakan hawa oni yang mungkin saja berada didekat sini, gadis itu berdiri memperhatikan sekelilingnya. Hanya ada beberapa pengunjung yang masih menikmati kedai malam, tidak ada disini. Lalu tubuh gadis itu tersentak saat oni yang tiba-tiba masuk pada kedai dengan menghancurkan bagian depan pintu, teriakan ketakutan para pengunjung membuatnya sedikit kewalahan karena debu dari puing-puing yang membutakan matanya "Tarik nafas yang dalam dan rasakan kehadirannya." Gumamnya.
"AAAKKKKHHH! KUMOHON TOLONG SUAMIKU!"
Istri dari pemilik kedai itu menangis dengan tubuh yang bergetar hebat saat tubuh sang suami yang diangkat tinggi-tinggi, oni itu hendak membuka mulut yang mempunyai banyak taring yang mencuat "Hei! Lepaskan Oji-san itu!"
Kepala oni itu menoleh, mengeriyit kemudian "Hah?!!! Bukan urusanmu bocah! Berani sekali kau–AKH! SIAL!" Perkataan iblis itu terpotong saat [name] dengan cepat menusuk sebelah matanya dengan nichirin.
"Sudah kubilang bukan untuk melepasnya. Oji-san! Oba-san! Kalian semua pergilah cepat!" Seru gadis itu dengan melindungi beberapa pengunjung yang meringkuk ketakutan. [Name] menahan lengan oni dengan tenaganya, namun saat ia ingin menyerang sebuah tangan kecil memeluknya dari arah belakang "Huwaaaa! Nee-chan aku terpisah dari Oka-san dan Tou-san hiks!" serunya kencang dengan air mata dan tubuh kecil yang menggigil hebat, [name] terhenyak "WAH WAH ANAK KECIL RUPANYA, BAGUS! DIA AKAN MENJADI SANTAPANKU MALAM INI!!!" Sedikit berfikir karena tidak mungkin gadis itu menyuruhnya untuk berlari pergi kendati oni itu menutup separuh jalannya, bisa-bisa anak itu akan ditangkap terlebih dahulu. Tidak bisa seperti itu. Oni itu dengan cepat melancarkan serangannya, dengan cepat pula gadis itu menggendong anak tersebut, melompat tinggi dan menapaki kepala oni "Hei nak, tutup matamu." Anak kecil itu mengangguk takut-takut, gadis itu memegang nichirinnya dengan erat saat ia berada pada posisi belakang tubuh besar oni itu.
"Mizu no kokyu [Nafas air] San no kata [Bentuk ketiga] : Ryūryū mai! [Tari mengalir]" Dengan cepat ia menebas beberapa bagian tubuh besar dan kepala oni itu.
Manik gadis itu melirik kepala oni yang akan berubah menjadi abu, masih dengan menggendong anak kecil yang gemetar [name] dengan senyumnya "Tenang disana."
"Ck! SIALAN KAU!!!." Umpat oni itu sebelum menjadi abu.
Kedai makan itu hancur sebagian, [name] melihat banyak orang yang berkumpul pada depan kedai itu dengan pandangan yang masih menyiratkan rasa takut "Okita!!" Tiba-tiba wanita dan pria berjalan menghampirinya "Oka-san! Otou-san!" [Name] tersenyum dan menurunkan gadis kecil ini "Kami-sama! Yokatta yokatta kau selamat!"
"Um! Karena Nee-chan menyelamatkanku!" Kedua suami istri itu melihat [name] dengan tatapan penuh harunya, ibu dari gadis kecil itu berjalan menghampiri tiba-tiba saja tangannya terulur mengusap luka lecet yang masih sedikit mengeluarkan darah "Arigatou, jika tidak ada kau entah bagaimana nasib keluarga kami. Arigatou" suara purau yang terkesan lembut khas seorang ibu yang menyayangi anaknya membuat gadis itu terhenyak, matanya memanas "Ii yo daijobu desu, sudah menjadi tugas saya."
[Name] membungkuk hormat. Gadis kecil itu menghampirinya "Arigatou Nee-chan! Ini untuk Nee-chan!" Tangan kecilnya terulur, membuat gadis itu sedikit memiringkan kepalanya, manik terharu saat gadis kecil yang memberikan jepit rambut dengan hiasan bunga sakura "Karena Okita menyukai bunga sakura, Okita memberikan jepit rambut ini pada Nee-chan, karena Nee-chan seperti bunga sakura yang mekar sebelum musimnya!" [Name] mengusap surai gadis kecil itu lembut "Bagus sekali jepit rambutnya, Arigatou Okita-chan!" Anak itu mengangguk dan tersenyum ceria, kaki kecilnya menghampiri kedua orang tuanya "Nee-chan berjuanglah!" Teriaknya kemudian.
"Hai, aku akan terus berjuang Okita-chan arigatou."
[Name] menghampiri pemilik kedai itu dan berojigi "Oji-san, Oba-san, gomenasai karena sudah merusak kedai anda."
"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf kepada kami. Terlebih kami ingin berterima kasih kepadamu karena sudah menyelamatkan para pengunjung dan juga nyawaku" ucap paman itu.
"Apa kau pemburu iblis?" Tanya bibi yang berada disamping suaminya "Hai Oba-san saya anggkota Kisatsutai yang ditugasi disini."
Bibi dan paman itu mengangguk paham "Souka, yokatta kau baik-baik saja nak" [name] tersenyum menatap keduanya "Arigatou Oji-san, Oba-san kalau begitu saya pergi dulu."
"Berhati-hatilah~ jangan lupa kemari lagi jika kami sudah selesai renovasi~" bibi itu sedikit berteriak "Ya! Kembalilah nanti kuberikan gratis setiap apapun yang kau pesan~" kata paman menimpali.
[Name] membalikkan badannya dan melambaikan tangannya seraya berteriak "Hai~ aku akan kembali kemari~ arigatou~."
Langkah gadis itu berjalan santai, ditemani angin malam yang sedikit membuatnya menggigil, maniknya memandang bulan yang menyinari langit malam itu "Sensei, Tanjirou, Nezuko, semuanya terimakasih. Kali ini akan aku hadapi apapun kendati aku tahu resiko yang harus kutanggung."[]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑
Fanfiction˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒕𝒐𝒎𝒊𝒐𝒌𝒂 𝒈𝒊𝒚𝒖𝒖 ↳completed. ❝tenanglah, takdir akan selalu menjadi pelita untuk kita selalu bersama. Tidak ada yang perlu ditakutkan kasih, karena aku akan selalu membasahi ragamu dengan tirt...