50. Liar

1.5K 219 46
                                    

GADIS itu duduk terdiam di belakang beranda kediamannya, tiga hari berselang [Name] memaksakan diri untuk menyembuhkan dirinya intensif sendiri. Ini malam, udaranya dingin menusuk tulang. Dia hanya memakai kimono untuk tidur, kepalanya mencugat menatap kearah langit malam.

Tidak ada bintang hanya ada bulan dengan lingkaran sempurna, pernah dengar jika tidak ada bintang maka malam ini akan turun hujan. Tapi rasanya [Name] tidak percaya itu, lagipula jika tidak ada bintang bukan berarti akan turun hujan bukan?

Mendung pun bukan berarti hujan.

Setelah misi berat saat itu Uzui berhenti menjadi Kisatsutai sekaligus Hashira, Kagaya meminta dirinya untuk terus waspada jika memang ada bahaya yang mengincar.

[Name] tahu itu.

Tapi rasanya iapun ingin berhenti?

Hela nafas berat keluar, ia merindukan masa saat-saat itu. Dimana masa sebuah beban tidak ada pada pundaknya, lantas menertawai diri sendiri karena memikirkan hal konyol yang bahkan saat lahirpun ia sudah dijadikan wadah.

Kadang hidup tidak ada yang pernah menebak bukan? Katanya Kami-sama menulis takdir, tapi rasanya kertas polos itu tertulis dengan untaian takdir yang selalu rumit untuknya. Perkataan Kyoujuurou menghantuinya, perihal takdir tentang kepemilikan.

Sebenarnya [Full name] tak pernah memikirkan sampai kesana, selama ini dia selalu memiliki namun terambil kemudian, mencintai namun terenggut. Lantas, apa takdir baik akan memihaknya lain kali? Atau tidak akan pernah?

Bahkan hanya untuk memikirkan hidup yang lebih baikpun rasanya [Name] tidak bisa melihat masa depannya.

Ini menyedihkan.

Kakinya beranjak dari sana, koridor dalam rumah dengan cahaya yang temaram. [Name] tidak takut, ia sudah terbiasa. Bahkan kadang dirinya dan Akita pernah menyusuri hutan tanpa penerangan sedikitpun terkecuali bantuan dari cahaya bulan.

Telinganya menangkap suara, orang bodoh macam apa yang berkeliaran diatas jam dua belas malam? Kendati memikirkan bahwa itu oni rasanya tidak mungkin.

"Kau disana?"

Langkahnya terhenti tepat didepan pintu berbingkai kayu yang tertutup kertas tebal, suara dingin familiar di telinganya terdengar jelas.

"Kenapa kemari?"

Yang disana diam dengan netra menatap pintu shogi yang menutup rapat tanpa dibuka oleh sang empunya.

"Entahlah."

Jawabannya sederhana. Membuat kening mengeriyit "Kalau tidak ada keperluan pergilah Tomio—"

"Aku hanya ingin menemuimu." Tukasnya disana.

Dan ingin melihat wajahmu.

"Pulanglah tidak ada alasan aku harus membukakan pintu untukmu."

"Terserah, mungkin dalam beberapa detik shogimu akan rusak."

Alis mengeriyit tiba-tiba, [Name] terkejut oleh Giyuu yang memberikan pernyataan seperti itu. Oke ini diluar karakter si pemuda dengan raut wajah datar, "Aku akan melaporkanmu Tomioka."

Terlanjur dicegah, Giyuu dengan gelar Hashira itu menggeser shogi dengan cepat "Tidak, kau tidak akan bisa."

[Name] mengumpat. Kini eksistensi yang mati-matian ia hindari berdiri di tepat di depannya, "Aku yakin Oyakata-sama memberikan kediaman masing-masing untuk Hashira." Pernyataannya sarkas, tapi Giyuu tidak peduli itu. Ia melangkah seolah kediaman gadis itu adalah kediamannya.

"Hey! Kenapa kau tidak sop—"

"Bisakah kau berhenti untuk berkata formal?"

"Tidak Tomioka."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang