TUBUH Tanjirou yang dipenuhi oleh banyak luka itu dapat dilihatnya "Teknik darah : sangkar mata pembunuh!"
Benang merah milik oni itu membuat tubuh Tanjirou kian lecet "Tanjirou!!!" Nichirin milik gadis itu dengan cepat menebas benang-benar merah yang ingin memerangkap Tanjirou, bilah nichirin miliknya terdapat rintik hujan bergerak konstan mengitari bilahnya 'Apa ada orang yang datang? Apa Zenitsu? Inosuke?' Batin Tanjirou.
Tubuh gadis itu membelakangi Tanjirou "Jangan menyakiti Tanjirou lebih dari ini, Rui." Oni itu sedikit tersentak, mendengar namanya dari bibit gadis itu "Darimana kau tahu namaku?!!" Manik gadis itu berkilat tajam "Aku tahu. Masa lalumu. Maaf jika tidak sopan, dengan lancang mengetahuinya."
Rui terkejut bukan main, namun saat itu juga Rui dapat melihat dengan jelas warna manik gadis itu "Cih sialan! Hentikan ocehanmu! Tunggu– matamu berubah."
"A-apa?" Sontak tangan gadis itu menutupi mata kanannya. Dapat ia lihat Giyuu yang menghampiri gadis itu dengan wajah datarnya seperti biasa "Kerja bagus karena sudah menahannya sampai sini. Serahkan sisanya padaku." Manik kiri gadis itu melirik Giyuu dari sudut matanya, hanya terdiam memperhatikan sisi wajah milik pemuda itu. Mendesah lelah. Apa pemuda ini pikir bahwa kehadirannya hanyalah bayangan saja?
Rui mendecih kesal "Selalu saja berdatangan orang-orang bodoh yang membuatku kesal."
"Teknik darah : lingkaran benang pencabik!"
[Name] melihat kumpulan benang-benang yang menjadi sebuah lingkaran kecil, namun ia sangat yakin jika dalam Kisatsutai yang masih dalam tahap Mizunoto melawannya sudah pasti tubuh mereka akan tercabik dalam sekejap.
"Konsentrasi penuh/Konsentrasi penuh. Mizu no kokyu[Nafas air]/Mizu no kokyu[Nafas air] : Juu ichi no kata[Aliran kesebelas]: Nagi [Ketenangan]/Shi no Tsunami[Tsunami kematian]."
Tanjirou yang melihat kedua teknik yang berbeda dalam satu aliran yang sama membuatnya sangat terkejut "Aliran kesebelas?"
"Memangnya ada apa dengan aliran kesebelas?!!!" Rui berteriak dengan terus melancarkan serangannya. Air yang tenang dengan sebuah tsunami besar adalah kombinasi yang buruk. Namun, salah. Ketenangan serta gulungan ombak tsunami itu membuat defense yang cukup kuat. Hingga memutuskan benang-benang merah yang mengarah pada Giyuu juga [name] 'Apa? Apa yang mereka lakukan? Benangku terputus saat mendekati jangkauan mereka. Dan lagi tekanan apa yang kurasakan saat ini? Tidak ada satupun benangku yang mampu menjangkaunya? Mereka bisa memotong benang dalam bentuk sempurnaku?'
"Bodoh sekali!!!" [Name] melihat Giyuu yang hendak menghampiri Rui, dengan cepat gadis itu meraih lengan haori milik Giyuu "Biar aku." Pemuda itu hanya terdiam tidak menjawab. Dark sapphire milik Giyuu melihat punggung gadis itu yang mendekati oni itu "Ame no kokyu[Nafas hujan] : Ichi no kata [Bentuk pertama] : Chisana Kirisame."
Katana milik gadis itu memotong lambat leher Rui, manik Rui terbelalak saat ia merasakan sebuah perasaan nyaman membasuh tubuhnya. Ia merasa seperti menemukan sebuah oasis pada dataran pasir luas tandus. Hangat, sejuk, nyaman.
"Rui. Jangan lupa untuk meminta maaf pada orang tuamu. Masih belum ada kata yang terlambat untuk ucapan maaf." Ujar gadis itu lembut. Giyuu sedikit terkejut dengan tutur [name] pada oni itu, segera [name] menghampiri Tanjirou yang memeluk Nezuko "Tanjirou! Gomen, aku telat datang."
'Jadi ini yang dimaksud bocah itu padaku? Sebuah ikatan keluarga? Benar, aku.. aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku menyayangi ibu dan ayahku setiap hari.' Tubuh Rui berjalan hendak menggapai Tanjirou, Nezuko serta gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑
Fanfiction˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒕𝒐𝒎𝒊𝒐𝒌𝒂 𝒈𝒊𝒚𝒖𝒖 ↳completed. ❝tenanglah, takdir akan selalu menjadi pelita untuk kita selalu bersama. Tidak ada yang perlu ditakutkan kasih, karena aku akan selalu membasahi ragamu dengan tirt...