TUNGKAI KAKI BERJALAN DALAM SENYAP. Dua manusia saling menyelam dalam pikirnya masing-masing, larik dari setiap kenangan manis pahit berseliweran diisi kepala. Jutaan memori masihlah segar dalam ingatan, setiap kalimat pendahulu terucap ataupun adegan dari kronologi masih terputar dengan baik pada otak.
Timbulkan sesak dalam hati kendati sudah hampir genap dua tahun diri kembali pada tempat dimana semua figur pahlawan ukir kenangan, lazuardi bingkai angkasa lukis gumpalan benda putih bak permen kapas tak memungkinkan kapan langit akan kembali menangis.
"Kau yakin?" Sebuah pertanyaan terucap oleh bibir pria cemani dengan netra biru gelap tampak cemas, "Iyah, aku yakin. Aku akan menemuinya," kalimat jawaban setengah mantap terlontar dari labium merah muda wanita jelita dengan rambut yang digulung keatas. Tampilkan afsun keluar dari paras kendati masih ada nestapa pada durjanya, jemari itu saling menaut memberikan rasa hangat.
Pupil menangkap figur familiar yang nampak tengah menunggu dua orang tersebut, satu gadis melambai dengan wajah mengulas senyum. "[Name]-chan hisashiburi."
Ia balas tersenyum lantas menjawab, "Mitsuri hisashiburi." Mantan pilar cinta tersebut memeluk raganya dengan penuh rindu, "Syukurlah kita masih bisa berkumpul."
"Hm, soudane."
Kepala menoleh temukan netra violet tengah menatapnya, "Shinobu hisashiburi." Ia melangkah dengan cepat dekap mantan pilar hujan ini sengan seutas senyum, "Hisashiburi, maaf aku tidak ada saat persalinanmu."
"Iie daijobu, lagipula kau akan membutuhkan banyak waktu jika memang berlari ke kediamanku kan?"
Shinobu terkekeh, "Maa, mengapa lari kalau sudah ada kereta kuda?"
"Kau benar, tapi sama saja Shinobu."
Netra biru gelap tatapi reuni kecil tiga wanita disana, hingga suara panggilan yang mengarah tak tahu untuk siapa membuat kepala hitam itu menoleh, "Oi."
Sanemi datang dengan Genya serta mantan para pilar, Muichirou berjalan sedikit lebih cepat dari biasanya sebab penasaran dengan manusia kecil yang tengah digendong pria jelaga mantan pilar air tersebut, lantas berhenti saat rasanya sudah cukup netra hijau mint miliknya temukan wajah yang sekarang menatapnya dengan mata bulat penuh.
"Dare?" Tanyanya tanpa menatap Giyuu karena atensinya saat ini hanya memusat pada bayi yang tengah menghisap ibu jari kecilnya, "Tomioka Akihiro."
"Keponakanmu?" Sanemi menambahi dengan netra miliknya menilik wajah bayi yang kini mencoba memasukan kepalan tangannya, surai hitam pendek serta netra bulat yang rasanya terlalu familiar dilihat. "Aho ka? Tentu saja itu anak Tomioka." Uzui menjawab segala pertanyaan benak Sanemi.
"Apa?! Anaknya? Tunggu, sejak kapan? Bukannya pernikahanmu diselenggarakan setelah pembubaran Kisatsutai?"
"Apa kau melupakannya Shinazugawa?" Sahut Iguro.
"Yang mana?"
"Saat Tomioka ditampar Kocho." Uzui berbisik.
"Ah kau benar, aku ingat."
Wajah pria itu turun tatapi Akihiro yang sekarang mencoba menjangkau wajah Muichirou dengan tangannya.
Sanemi mengerjap, Muichirou mengambil Akihiro dari gendongan Giyuu, bayi tersebut menatapnya dengan binar terang [e/c]. "Bwaah!" Kikikan kecil dari bibir bayi tersebut buat atensi para manusia beralih pada sosok yang kini mengulas senyum dengan gigi atas dan bawah terlihat. "Waaaa! Lucu sekali!" Mitsuri menghampiri dengan senyum terulas,
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑
Fanfiction˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒕𝒐𝒎𝒊𝒐𝒌𝒂 𝒈𝒊𝒚𝒖𝒖 ↳completed. ❝tenanglah, takdir akan selalu menjadi pelita untuk kita selalu bersama. Tidak ada yang perlu ditakutkan kasih, karena aku akan selalu membasahi ragamu dengan tirt...