𝙊𝙉𝙀

1.5K 154 10
                                    

REKATA BENTANG ANGKASA SELESA. Gadis jelita dengan senyuman rembulan dengan pijarnya tengah tatapi gemintang dalam senyap malam ditemani bisingnya suara serangga malam yang menggesekkan sayap.

Satu ciuman di pipi membuat tubuh terkesiap.

Ia menoleh, dapati eksistensi Giyuu yang tampak tak seperti biasanya. Lelaki itu terus mengulas senyumnya hari ini, yang diyakini oleh si gadis bahwa suasana hati dari mantan pilar air ini tengah bagus. "Aku membawakan makanan kesukaanmu," katanya sambil menunjukkan plastik ditangan kanannya.

"Terimakasih Giyuu."

Si pria jelaga dengan surai yang terpangkas berpindah tempat, membaringkan kepala diatas pangkuan nyaman sang istri yang sejak tadi larut dalam senyapnya malam.

Karantala besarnya mengusap perut buncit wanitanya, "Satu bulan lagi anak kita akan lahir." Si gadis mengurvakan bibirnya dengan jemari mengelus surai gagak Giyuu, merasakan halus dari hitam surai terasa oleh sela jari. "Menurutmu, anak ini akan lahir perempuan atau laki-laki?"

Tubuhnya kini duduk, namun tangannya masih tak melepaskan dari usapan. Giyuu menimbang sejenak lantas menjawab dengan senyum terpatri dari wajah rupawannya, "Laki-laki."

"Heee, hontou ka?"

Giyuu mengendik, "Hanya menebak. Tapi jika anak ini perempuan, kuharap wajahnya akan menurun darimu."

"Kenapa memang?"

Rupa saling menatap. Menatap damba pahatan Tuhan di depannya tengah tersenyum kecil, satu kecupan dilayangkan pada sudut bibir. "Karena kau sangat cantik, maka putri kita juga akan cantik."

Entah sejak kapan Tomioka Giyuu bukanlah karakter dirinya sekarang, disaat bersama dengan sang tambatan hati ia selalu mendapati afeksinya terus menerus terungkap oleh tindakannya. Kadang Giyuu bertanya, bagaimana bisa?

"Tidurlah, angin malam tidak baik untuk tubuhmu dan anak kita."

"Gendong?"

Dengan mata penuh harap dapat menyihir seorang Giyuu untuk mengangguk, "Apa sifatmu memang seperti ini?" Tanyanya setelah menyelipkan satu lengan di belakang lutut serta punggung, "Entahlah. Soreyori, apa aku bertambah berat?"

"Ya," Tomioka Giyuu masih mengucapkan hal jujur, untuk perempuan dengan usia kandungan delapan bulan cukup membuat pria berusia 21 tahun itu lelah. Tapi toh Giyuu apatis, yang terpenting istrinya masih menjadi prioritas. Lagipula, mau dikemanakan titel pilarnya jika menggendong sang istri saja tidak bisa?

"Seperti biasa kau terlalu jujur Giyuu."

"Memang, kau berharap apa memangnya?" Tubuh perlahan dibaringkan pada futon tebal. "Hai, hai. Aku mengerti suamiku," balas [Name] tak acuh sambil memunggungi si pria.

Giyuu menarik selimut lantas membaringkan tubuhnya di samping sang istri, sebenarnya dia tak terlalu terkejut dengan perubahan suasana hati istrinya yang cepat karena beberapa bulan sebelumnyapun ia sudah terbiasa menyikapi.

Kata Uzui Tengen setiap istri memang butuh diperhatikan jika mereka merajuk, harus ada bumbu manis didalamnya. Maka saat itu juga lengan kekarnya melingkar pada pinggang, "Maafkan aku, hm?"

"Tidak."

Jika jawabannya menyangkal maka harus ada tambahan bumbu yang kurang.

Kecupan kecil beberapa kali dilayangkan pada tengkuk, ceruk leher serta pipi gembil istrinya. "Maaf ya?" Wajah itu kini membenam pada tengkuk gadis ini, ujung hidung terus menghirup aroma manis yang menguar dari daksa sang pelita hati. Membuat si empunya merasakan sekujur tubuh bergidik geli, "Giyuu hentikan."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang