7. My Mistake?

2.2K 311 36
                                    

MALAM kenangan yang terkubur muncul, memusingkan dirinya yang kini menghadapi 5 oni sekaligus.

Hujan deras yang turun menghantam bumi, membasahi tanah malam itu, gadis yang masih berusia 7 tahun beserta sang adik yang berusia 3 tahun terdiam pada satu gubug reot yang hampir rubuh tertiup angin, suara petir yang menggeram membuatnya sedikit ketakutan, tapi ia tidak bisa menunjukkan itu pada adiknya yang kini tengah terbaring pada futon tipis yang melindungi suhu tubuhnya agar tetap hangat.

Sejujurnya tubuh gadis itu juga terlalu menggigil hanya saja ia harus menahannya karena sang adik terkena demam membuatnya harus telaten mengganti kain yang dibasahi oleh air dingin itu, tangan kecil sang kakak yang terlihat sangat tegar itu mengusap keringat yang mengucur deras pada tubuh mengigil adiknya. Matanya menatap khawatir, air matanya menumpuk sangat banyak namun tidak bisa ia menangis begitu saja. Kenapa? Saat kedua anak ini masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya, mereka membuang kakak adik itu pada jurang kemiskinan. Seorang kakak harus kuat.

Tidak mendapatkan tempat tinggal, makan mereka hanya ubi yang direbus saja, bahkan gubuk itu dapat ditemukan oleh keberuntungan yang tersisa oleh keduanya "Akita, kau harus sembuh. Nee-san berjanji akan membawamu jalan-jalan dan membelikanmu macam manisan. Dakara, onegai kau harus sembuh Akita." Suara serak meraung dalam derasnya hujan malam itu, ia mengecup dahi itu berkali-kali berharap sakitnya berpindah pada gadis itu saja, tidak ada perapian hanya ada sedikit cahaya bulan serta cahaya petir menemaninya. Menatap sendu wajah pucat sang adik yang menutup matanya seakan terpejam tidak akan bangun.

[Name] gadis kecil itu sangat terkejut saat menemukan tubuh kecil Akita yang tergolek pada tanah dingin saat [name] mencari bahan makanan dalam hutan. Hingga mencapai keadaan yang seperti sekarang membuatnya terus merapalkan doanya harap-harap Kami-sama akan mendengarkan doanya. Namun, sepertinya keberuntungan tidak berpihak pada gadis itu ataupun pada lelaki kecil itu. Karena saat gadis itu membuka matanya yang ia dapatkan sang adik yang berdiri dengan mata yang berubah merah dengan taring yang mencuat keluar, gadis itu berdiri memeluk sang adik dengan wajah penuh kelegaannya "Akita! Syukurlah kau sudah bangun Nee-san–Akh!"

Cakar yang menembus epidermis kulit tangan gadis itu membuat perih tak tertahan, menatap sang adik tidak percaya "Akita apa yang kau lakukan pada Nee-san?" Hanya geraman yang keluar dari mulut kecilnya, mata merahnya terus memandang tajam sang kakak dengan cakar yang siap mencabik apapun, gadis kecil itu merasa ketakutan dengan apa yang terjadi pada Akita karena sekarang adiknya menerjangnya dan menancapkan kukunya pada pundak gadis itu hingga mulutnya menjerit kesakitan "Akita! Sadarlah ini aku Nee-sanmu! Akita! Hey! Ini Nee-san!" Apa yang harus ia lakukan? Mereka hanyalah seorang bocah yang tidak tahu apa-apa. Bahkan tidak tahu apa yang dihadapi masing-masing dari mereka.

Terus-menerus memanggil sang adiknya dengan wajah menangis, namun manik gadis itu terbelalak saat merasa pipinya basah oleh air yang menetes jatuh petir saat itu menerangkan ruang temaram dapat ia lihat sang adik yang menangis seolah menolak takdirnya mentah-mentah.

"Nee-san.... gggrrhhh kumohon bu...nuh aku grrrhh Nee-san ku..mohonn.. saa..kitt Nee-san ini sakit."

Gadis itu terengah, matanya menatap sayu. Darah segar terlihat mengucur deras pada lengan kanannya. Terus menghindar dan menghindar ternyata hal yang melelahkan.

"Jurus iblis : menjadi dua!." Tubuh oni itu terpecah, muncul dua oni lain dari satu tubuh, membuatnya kini menjadi 15 oni. Gadis itu terkekeh, mengusap darahnya pada sudut bibirnya "Dasar, kau membuatku melakukannya." Maniknya menatap tajam satu persatu oni, nichirinnya ia genggam erat.

"Konsentrasi penuh, Ame no Kokyu [Nafas Hujan] : Shi no kata [Bentuk keempat] : Niwaka amegafuru! [Hujan dengan petir yang menyambar]."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang