𝙏𝙃𝙍𝙀𝙀

404 45 8
                                    

RENGOKU TATAPI WAJAH SANG AYAH. "Aku akan menikahi [Full name] lusa." Katanya lugas, netra Shinjuurou membola kala lontaran kalimat yang diungkap oleh sulung Rengoku padanya. Sudut bibir mengurva, "Kau sudah besar ya Kyoujuurou."

Kyoujuurou bergeming dengan nenatapi senyum mencetak wajah pria itu, "Apa kau sudah bahagia Kyou?"

Kepala Kyoujuurou menunduk, senyum terbingkai pada durja, "Hm, aku bahagia Tou-sama."

"Kalau begitu, aku akan selalu mendoakan kebahagiaanmu."

DIRINYA SEPERTI VENUS DISIANG HARI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DIRINYA SEPERTI VENUS DISIANG HARI. Gadis itu terlalu anggun bahkan hanya dengan dandanan tipis pada wajahnya, bahkan netra kuning merah itu tak bisa beralih sedikitpun dari pesona sang wanita yang tengah pandangi pohon sakura dengan sebuah senyum tersemat pada wajah.

"Kau yakin?"

Kepalanya kini menoleh, entah bagaimana pemuda itu deskripsikan apa yang dilihat matanya sekarang. Bias matahari teduh mandikan wajah jelitanya, mata bulat dengan binar, serta labium yang dipoles oleh gincu tipis buat wanita ini seperti terlahir dalam jutaan cahaya fajar berkati diri.

Dan Rengoku sadar bahwa memang sedari awal hatinya sudahlah berlabuh pada gadis yang memakai kimono Shiromuku, "Hm aku yakin dengan keputusanku, tak ada keraguan lagi karena aku akan selalu bersamamu."

Netra biru gelap pandangi dalam sendu gadis yang tengah duduk disana, hati berkecamuk nestapa karena sebuah penyesalan yang kian terasa nyata tiap harinya.

Memandang dari kejauhan dua orang yang tengah mengikat janji suci dihadapan Tuhan, Tomioka Giyuu menghembuskan nafas untuk yang kesekian kalinya—memikirkan bagaimana ia yang dengan bodoh tindakannya

Jika saja ada sebuah mesin waktu maka dengan sudi Giyuu kembalikan detik dimana dirinya masih menggenggam sebuah perasaan, dan ia menyesali semuanya.

Senyum dua anak manusia yang sudah berikrar sehidup semati seolah mengiris nuraninya, andai saja Giyuu tak lepaskan dirinya tak mungkin ia akan mengenal sebuah kata 'penyesalan', jika seandainya ia paksakan terus bersamanya apakah sekarang yang berdiri di samping gadis dengan kimono putih itu adalah dirinya?

Tatapan mata didaratkan pada dua orang itu, bibir masih mengatup—sulit untuk mengatakan sebuah kalimat. Satu hal yang mungkin Giyuu mengerti, semesta selalu mempermainkan anak manusia dengan sesuka hatinya dan dirinya adalah korban sang semesta itu, meski bibirnya sukar mengucap ia tahu akan selalu ada kata selamat untuk sebuah kalimat selamat tinggal.

"Selamat untuk kalian berdua."

Bibir berpoles gincu mengulas senyum manis, "Terimakasih Giyuu."

"Arigatou Tomioka." Balas Reng—ah ia sadar bahwa sekarang ada dua Rengoku, kekehan keluar dari bibir si pilar air—pahit dengan getir yang kentara.

"Jaga dia Kyoujuurou," katanya dengan menatap pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Tentu saja, [Name] sudah menjadi tanggung jawabku sekarang."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang