49. The Truth Untold

1.3K 228 49
                                    

SUDAH berapa lama ia tertidur dengan tenangnya? Perasaan asing saat ia membuka mata rasanya malah terasa sangat familiar, masih mencerna apa yang mungkin sedang terjadi sekarang matanya menatap sekeliling hingga atensinya berhenti pada figur tinggi dengan Haori yang berbeda satu sama lain.

Dia di sana, menatapnya dengan kelereng biru gelap yang kadang membuat gadis itu tak paham apa yang pemuda itu pikirkan dalam kepalanya.

Ada kalanya Tomioka Giyuu sekarang menyerah lebih cepat akibat perasaan yang masih tertinggal, bahkan saat gadis itu menampaki kembali netra [e/c] Giyuu tidak bisa berkata-kata. Entah karena jantungnya yang sekarang sudah berdebar tak karuan atau ada sebuah rasa senang menyelinap.

"Berapa lama aku tertidur?"

"Dua bulan."

Oh, itu terlalu lama sudah berapa banyak kegiatan yang ia lewati? Kepalanya masih setia menatap gadis itu, namun kini tersentak oleh [Name] yang merubah posisinya menjadi duduk. Giyuu yang terbawa insting memegangi pundak gadis itu "Kau masih belum sembuh dengan sempurna."

Tak diindahkan, "Cukup bantu aku Tomioka." Katanya tanpa melihat pemuda itu.

Perasaan nyeri terselubung, Giyuu membenci ini saat bibir itu tak lagi memanggil nama belakangnya.

"Jadi, kau benar-benar menungguku sadar? Apa kau tidak mempunyai misi selama itu?" Pertanyaannya sarkas, tapi Giyuu mengerti itu.

"Jangan bodoh, setelah menyelesaikan misi aku selalu kemari." Benar, selama itu pula Giyuu menunggu gadis ini siuman.

Matanya mengerling, Giyuu berdiri disamping ranjangnya lengkap dengan seragam serta nichirinnya.

[Full name] terdiam. Lantas mendengkus, punggung ia sandarkan pada headboard ranjang pasien "Kenapa? Apa Shinobu tahu ini?"

Awalnya dia tidak mendengar sebuah ucapan balasan, [Name] hanya bertanya karena tingkah Giyuu yang sekarang mungkin akan membuat hubungannya rusak hanya karena dirinya.

"Tahu."

Pupilnya melebar seketika, [Name] menoleh cepat "Dia tahu bahwa aku masih menaruh perhatian padamu."

Hentikan. Bahkan [Full name] merasa bahwa ini salah "Kalau begitu hentikan, kau tahu bahwa ini semua tidak ada gunanya lagi bagi kita berdua." Giyuu tahu, sangat tahu malah tapi sebuah perasaanya selalu menetap pada gadis itu, hingga Tomioka tidak tahu harus berbuat apa saat hatinya terus menuju padanya.

"Sekarang keluarlah Tomi—"

"Tidak." Alisnya mengeriyit, tingkah Giyuu membuatnya bingung bukan kepalang bahkan jawaban yang dikeluarkan dari bibirnyapun serasa sudah menjadi sebuah enigma bagi [Name].

"Ada perasaan yang tak pernah kumengerti, aku masih belum bisa mengakhiri ini."

Decakan timbul disana, ia melirik vas bunga yang terletak disamping ranjang pasien meraihnya dengan cepat lantas melemparnya. [Full name] tidak peduli jika suara pecahan itu mengganggu kamar pasien yang lain atau apa lagipula [Name] yakin bahwa kamar ini dibuat khusus (dengan letaknya yang cukup jauh dari deretan kamar pasien lain).

"Lalu kenapa kau berkata untuk mengakhiri hubungan ini?! Kau tidak tahu bagaimana perasaanku saat kau berkata seperti itu?! Kau hanya memikirkan dirimu sendiri Tomioka!"

Batin Giyuu tertohok, ia menatap pecahan kaca vas bunga yang sudah terpecah belah hingga menjadi sebuah serpihan kecil berserakan. Bunga hias menjadi teronggok dengan air yang tumpah ruah.

Benar, Giyuu hanya memikirkan sebuah egonya saja berpikir bahwa perasaanya ini adalah sebuah rasa ingin melindungi seperti Kakak dan seperti yang Shinobu katakan bahwa ini hanya perasaan sekilas.

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang