27. Two Flat Faces

1.4K 237 13
                                    

LANGKAH kakinya terdengar pada lorong yang cukup sepi, manik gadis itu menelisik mencari sang pemilik markas. Sedikit tersenyum kala kalimat yang Giyuu lontarkan padanya membuat jantungnya terus berdebar terus terngiang pada otaknya "Jadilah kekasihku." Terkekeh. Hanya kalimat itu saja yang pemuda itu ucapkan namun mampu membuat seluruh hatinya terambil.

Langkah kakinya berhenti, mengetuk pelan fusuma itu, sahutan dari dalam sana menyuruhnya untuk masuk. Menemukan sosok Kagaya yang tengah duduk didampingi oleh sang istri disampingnya, [Name] membungkuk "Oyakata-sama, Amane-sama semoga hari anda selalu dipenuhi keberkahan."

Wanita dengan surai putih itu mengangguk dengan senyum lembutnya "Arigatou [Name]."

Kagaya balas tersenyum "Arigatou [Name], bagaimana dengan misimu?" Langkah gadis itu mendekat, lantas berlutut "Saya kemari untuk melaporkan misi saya Oyakata-sama."

Kagaya mengangguk. Mulut gadis itu berbicara menjelaskan tiap rinci kejadian yang dialaminya terutama pertemuannya dengan Akaza iblis bulan atas tiga.

"Syukurlah kau kembali dengan selamat."

Gadis itu mengangguk "Hai, tapi saya mempunyai firasat bahwa iblis bulan bawah maupun atas sedang mengincar Hashira lainnya. Oyakata-sama bisakah anda mendengarkan permintaan egois saya?"

Kagaya terdiam begitu juga Amane, suasana dalam ruangan itu hening belum ada yang memecahkan. "Baiklah akan aku dengarkan, tapi kau tahu hanya aku yang akan memutuskannya." Kepala gadis itu mengangguk, mengerti bahwa ia hanya menyampaikan hal yang memang harus diutarakan terlebih ia tidak bisa membantah perintah jika Kagaya memang menolak.

Setengah jam berlalu. Kagaya diam bergeming begitu juga Amane, [Name] merasakan ketegangan luar biasa pada ruangan ini terlebih dengan keduanya yang masih tidak menanggapi pernyataannya "Kupikir ini akan memakan banyak waktu untuk memikirkannya, bagaimana kalau kita melupakan itu sejenak? Bagaimana rumah anak bernama Utsui itu?"

[Name] mengerti bahwa Kagaya tidak ingin membahasnya terlebih dahulu, namun tidak bisa ia pungkiri bahwa mungkin saja hal-hal yang tidak diinginkan akan berjalan begitu cepat bukan? Namun, biarlah jika memang harus dijalani, maka ia juga akan menjalankan apa yang memang diyakininya.

"Kakushi sudah berada disana ketika saya sudah menyelesaikan misi, mungkin sekitar tiga hari mereka akan selesai merekonstruksinya."

Kagaya tersenyum "Tidak kusangka, kau menyumbangkan setengah gajimu. Namun, kau tahu itu perbuatan yang mulia [Name]. Beruntung kau memberitahu secepatnya." [Name] mengangguk "Hai, arigatou karena anda sudah memenuhi keinginan kecil saya Oyakata-sama."

"Apa kau tidak ingin mengangkat anak itu menjadi Tsugokomu?" Pertanyaan Amane membuat gadis itu terdiam lantas tersenyum "Tidak, dia harus mendapat kehidupan yang layak tidak harus menjadi Tsugoko ataupun Kisatsutai. Aku hanya ingin anak-anak yang lain juga tidak ikut menanggung beban besar pada pundak kecil mereka." Amane terdiam, lidahnya mendadak kelu ia merasakan perasaan sedih yang mengalir dari bibir gadis itu.

"Aku setuju denganmu [Name]. Ayo satukan kekuatan agar kita bisa mengalahkannya. Agar umat manusia tidak lagi merasakan dalam lingkaran iblis yang mengekang mereka."

"Hai. Kalau begitu saya permisi dulu Oyakata-sama, Amane-sama."

Lantas gadis itu pergi setelah membungkuk pada Kagaya dan Amane.

Kagaya menghembuskan nafasnya lelah, Amane menepuk pundak sang suami "Bukankah itu berat, setiap Hashira maupun Kisatsutai mempunyai pikiran berat dan tugas mereka masing-masing?"

Pria itu memandang lantai walaupun penyakitnya sudah merengut pengelihatannya namun dalam pikirnya visual lantai tatami tetap tergambar pada otaknya "Aku yakin kita umat manusia bisa membasmi Kibutsuji. Mari kita percayakan pada mereka selagi kita juga disini mempunyai tugas tersendiri."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang