19. His Past

1.8K 281 4
                                    

UDARA malam saat itu menusuk tubuhnya yang hanya terbalut Yukata putih polos saja, rambutnya terbawa oleh angin yang berhembus menerbangkan surainya perlahan, berfikir bahwa ini sudah sangatlah malam karena langit yang sudah sangat hitam serta bintang menyinari itu. Mendesah lelah, kedua kakinya ia goyangkan menatap langit. Senyum pahit ia sematkan, disampingnya sang pemuda yang hanya diam tanpa membuka suara satupun. Bahkan– sudah berlangsung selama sepuluh menit.

"Giyuu, kau pasti tidak akan percaya ini. Dua tahun yang lalu aku bertemu dengannya."

Giyuu bukanlah seorang yang dungu yang tidak mengetahui maksud gadis ini, dia tahu arti kata 'dengannya' yang merujuk kepada dia– Sabito.

"Dia menyampaikan, agar kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri." Giyuu merasa bahwa dirinya telah gagal disaat yang bersamaan mendengar perkataan itu dari gadisnya. "Ya. Kurasa." Kekehan itu meluncur dari bibir sang gadis "Jangan seperti itu, kau akan membuat dia marah Giyuu." Tidak ada jawaban, gadis itu tahu bahwa melupakan kejadian menyesakkan tidaklah mudah.

Giyuu mendengus, dark sapphirenya memandang sisi wajah gadis itu dari ekor matanya "Aku tahu."

"Bagaimana kalau mengganti topik pembicaraan?." Menoleh sejenak menatap Giyuu yang tengah menatapnya "Doushita? Apa ada sesuatu diwajahku?." Terhipnotis, benar itu yang dirasakan oleh Giyuu saat memandang wajah gadis ini. Tanpa sadar jarak itu hanya menyisakan beberapa centi saja, kedua nafas panas mereka saling menerpa wajah masing-masing, kedua jantung yang saling berpacu satu sama lain.

"Akh!" Sontak gadis itu menutup mata kanannya yang berkedut, nyeri yang datang membuatnya sedikit merintih. Nafas gadis itu memburu.

"Nee-san!" Bocah laki-laki berlari menghampiri perempuan yang sedang memasak, surai hitam panjang ikat kepang tebal yang terlihat sedang memasak "Giyuu? Kau dari mana saja?" Suara lembut mengalun pada telinganya.

'Are? Ini memory Giyuu?' Batin gadis itu.

"Bermain! Tsutoko Nee-san sedang memasak apa?" Kaki kecil Giyuu melompat-lompat bak kelinci. Perempuan itu mengelus surai Giyuu dengan sayang "Nabe, cuacanya mulai dingin jadi kita harus menghangatkan tubuh. Bukankah begitu Giyuu?" Lembut, senyum itu suara itu lembut. Bahkan Giyuu sangat senang memeluk kakak perempuannya itu "Tsutoko Nee-san, Giyuu sangat sayang Nee-san banyak-banyak!" Lengan kecil Giyuu merentang seolah menunjukkan kasih sayangnya kepada keluarga satu-satunya itu. "Nee-san juga sayang adik kecil Nee-san."

[Name] terkekeh melihat tingkah lucu Giyuu kecil, bahkan gadis itu ingin mencubit pipi bocah lelaki itu. 'Souka jadi nama kakaknya Tsutoko..ka? Perempuan yang cantik.' Batin [name] masih betah menatap paras ayu– Tomioka Tsutoko.

Kilas berikutnya menunjukkan, Giyuu dan Tsutoko sedang berjalan berdua. Namun kali ini ada seorang pria yang menggandeng tangan Tsutoko yang terbebas "Giyuu. Kita akan meninggalkan rumah itu besok." Alis Giyuu berkerut "Memangnya ada apa Tsutoko Nee-san?" Kepala Giyuu menoleh kepada kakak perempuannya itu, menatap mata biru gelap yang sama seperti milik Giyuu.

"Karena kalian akan tinggal bersamaku, Giyuu dan juga Nee-sanmu." Pria itu memeluk Giyuu layaknya seorang keluarga "Memangnya Nii-san siapa?" Tsutoko terkekeh melihat tingkah adiknya yang terlihat lucu dengan kepala yang dimiringkan "Aku adalah tunangan Nee-sanmu, jadi Giyuu kau bisa menganggapku sebagai Nii-sanmu juga."

Bocah kecil itu terlampau senang dengan melompat girang memeluk sang pria yang merupakan tunangan kakaknya "Hontou ka? Kalau begitu keluarga kita akan bertambah, benarkan Nee-san?" Perempuan itu mengangguk dengan senyum lembutnya "Kau benar Giyuu, sekarang kita akan selalu bersama."

𝐃𝐎𝐖𝐍𝐏𝐎𝐔𝐑 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang