Empat puluh tujuh

2.8K 546 1.6K
                                    

Sean kembaliii karena komennya udah tembus dari apa yang di minta
Wkwkwk

Aku gak ingkar janji, kan?🙂✋

Double up ini spesial karena spam komen dari xiboba_ dan juga Shannslwa
Mereka kayaknya spam komen sampe jarinya Keriting HWHW

RMEIN PART INI SAMA KOMENTAR KALIAN, OKE?


MINIMAL 300 KOMEN DEH WKWK
KALAU GAK SEGITU, AKU GABAKAL NEXT T_T
KALAU LEBIH, YA BAGUSS
AKU JADI SEMANGATTT

KALI-KALI BOLEH KALI GAK JADI SIDERS

RAMEIN JANGAN LUPA, YA! BIAR BERKAH

Jangan lupa follow Author untuk tau info ceritaa! 🖒 PfAu__
Jangan lupa follow ig author juga
(at) fau12__

TARO DULU INI AH

🧄
🧄

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬







































Sean melepaskan dekapannya, menatap Anary dengan penuh tanya. Setelah itu, menatap Keano yang berada di belakangnya.

Dia seperti memberi isyarat dengan kepala, untuk menyuruh Keano berjalan mendekat.

"L-lo belum tau alesan L-laksa ngelakuin semua ini?" tanya Keano sambil menatap Anary.

Anary diam tak menjawab.

"Ry?"

"A-apa L-laksa ngel-lakuin semua ini ada hubungannya sama k-keluarga gue?" tanya Anary terbata.

Sean dan Keano saling pandang. Ternyata, Anary belum mengetahui semuanya. Gadis di depan mereka ini hanya mengetahui alasan kenapa dia di perlakukan tidak adil di dalam keluarganya. Tanpa mencari tahu, kenapa alur hidupnya bertambah rumit.

"Semuanya ada hubungan sama keluarga lo, Ry. Bahkan tanpa sadar, semua itu ada jawabannya di depan mata lo sendiri," kata Keano.

"M-maksudnya?"

"Laksa punya dendam sama keluarga lo. Lebih tepatnya sama Ibu, lo. Jìan it--

Anary memotong ucapan Keano. "Jian?" Dia menoleh ke arah tempat di mana dia menyuruh Jian untuk menunggu. Matanya membelalak lebar.

"J-jian kemana?"

Sean dan Keano ikut menoleh ke arah mata Anary menatap. Dia juga sama-sama membelalak kaget saat Jian tak ada di kursi dekat gerbang rumah.

Sean berlari ke sana, menelusuri tempat dan masuk ke pekarangan rumah. Tetapi, nihil. Jian tak ada di sana.

"Jian gak ada," kata Sean sambil berlari kembali ke arah Anary dan Keano. "Kalau masuk ke dalam rumah juga, gak mungkin. Jian takut sama Ibunya, kan?"

"ANJING! Kita kecolongan!" umpat Keano. "Pasti ini semua ulah Laksa! Dia bener-bener licik."

"Adek gue ke mana?" Anary sangat cemas. Dia merasa bersalah karena sudah lengah sampai Jian tidak ada di tempatnya.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang