Empat puluh dua

2.9K 466 82
                                    


Hai, ada yang kangen gak?

First time aku gak update cepet😟sampe 9 hari gak update:(
Maaf, yaaa ...
Kemarin-kemarin aku ada urusan keluarga🙂✌🏻

Part ini tuh perlu waktu 7 hari buat nyusun:)
Susah banget nyari mood nulis:)

Semoga kalian suka
Jangan lupa vote, komen, sama share yaaa
Itu berharga banget buat penulis❤️





















Prisila menatap nanar mangkok berisi bakso di depannya. Dia sama sekali tak berselera makan sejak beberapa hari yang lalu. Rasa bersalah benar-benar mengusik dirinya.

"Lo emang temen gue yang paling baik, Sil."

"Om minta sama kamu, tolong jadi temen baik Anary, ya. Om tau kalau Sisil bisa. Om percaya sama Sisil. Kamu bisa jadi sahabat yang baik buat Laksa. Dan sekarang, Om mau kamu jadi sahabat baik buat Anary."

Perkataan itu selalu saja membuatnya bersalah. Dia melakukan kesalahan besar dengan membantu teman baiknya sedari kecil.

"Cepetan makan, Pi. Aku mau pulang."

Suara itu membuat lamunan Prisila buyar. Dia mendongkak dan menatap Laksa yang duduk di hadapannya sembari memainkan ponsel.

"Pulang aja sana," kata Prisila.

Laksa menggeleng. "Beres kamu makan, aku pulang."

Prisila menghela napas, lalu mendorong mangkok baso ke depan. "Aku udah selesai makannya."

Laksa mengrenyit. "Selesai? Kamu baru makan tiga suap lho, Pi."

"Baksonya gak enak," alibi Prisila. Dia ingin Laksa segera pulang dari rumahnya. Dia butuh sendiri untuk hari ini.

Laksa mengangguk, lalu dia beranjak dari duduknya. "Ya udah, kalau gitu aku pulang dulu, ya."

Prisila mengangguk.

Laksa mencondongkan badannya, lalu mengacak rambut Prisila. "Jangan berpikir buat berhenti bantu aku, Pi. Karena kalau kamu berhenti, aku gak segan-segan bikin kamu hancur."

"Aku nyesel pernah bikin janji buat bantu kamu, Lak," lirih Prisila. "Aku bahkan udah berani ngerusak kepercayaan Om Rey."

"Ayah juga brengsek, Pi." Laksa menghela napas. "Dan lagi, kalau kamu berhenti bantu aku, aku gak akan segan-segan bongkar semua tentang kamu."

"Pikiran kamu yang brengsek tau, gak. Kamu berlaga seakan kamu yang paling di rugiin di sini. Padahal, kamu yang buat kamu rugi sendiri, Laksamana!"

"Berhenti ngomong, Pi. Jangan buat aku lebih antagonis dari sekarang," lirih Laksa.

"Makannya berhenti." Prisila beranjak, dia berdiri di depan Laksa. "Kamu pikir jadi antagonis, kamu bakal di lihat kuat, Lak?"

"Berhen--

Prisila memotong ucapan Laksa. "Enggak, kan? Kamu gak bakal di lihat sebagai orang kuat." Dia mengusap rahang Laksa. "Kamu malah di lihat sebagai orang lemah yang nyelesain masalah dengan buat masalah. Hidup kamu bakal hancur dengan pola pikir kamu sendiri, Laksamana."

Laksa menepis tangan Prisila. "Hidup aku udah hancur, Pi."

"Bukan hancur, tapi lagi patah." Prisila mengenggam tangan Laksa erat. "Kamu butuh nenangin diri dan nerima semuanya dengan sepenuh hati. Masa lalu emang gak bakal bisa kita ubah. Tapi, masih ada masa depan yang perlu kita perjuangkan, Lak."

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang