Empat puluh satu [2]

3.3K 478 229
                                    

Sean kembaliii
JANGAN LUPA KASI VOMENT YAW BEBEP!
BIAR BERKAH

Jangan lupa follow Author untuk tau info ceritaa! 🖒 PfAu__

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬



























"Semua pemikiran lo sekarang gak bisa di salahin. Kalau lo mikir Anary gak baik dan pacar lo itu orang baik itu wajar di saat lo gak tau kebenarannya."

Tanisa mengrenyit. "Kebenaran? Kebenaraan kalau Anary sikapnya gitu karena di suruh Aa?"

"Lebih dari itu, Tanisa." Sean berdiri dari duduknya. "Lo tau kenapa Anary pengen jauhin lo dari Laksa?"

"Karena di suruh, Aa?"

Sean menggeleng. "Pede banget, lo."

Tanisa mendengkus. "Karena apa? Karena Anary gak mau liat Tanisa bahagia? Apa Anary mau hancurin hubungan Tanisa sama Laksa dengan bilang kalau Laksa bukan orang baik?!"

"Laksa emang bukan orang baik, Tanisa," timpal Sean.

Tanisa ikut beranjak dari duduknya. Dia berdiri di depan Sean. "Maksudnya gimana, sih?" tanyanya dengan nada kesal.

"Lo gatau apa-apa, Tan?" tanya Sean.

"Maksudnya?"

Sean menyungginkan senyum. "Lo gatau kalau Laksa sama Anary punya hubungan?"

"Hubungan apa?!" sewot Tanisa.

"Sebelum gue jawab pertanyaan lo, lo jawab dulu pertanyaan gue, boleh?"

"Apa?"

"Lo yang nyebar berita fitnahan Anary di sekolah, kan?" Itu terdengar seperti tuduhan, bukan pertanyaan.

"Aa nuduh Tanisa yang ngelakuinnya?" Tanisa menatap Sean tajam. "Walaupun Tanisa gak suka sama Anary, Tanisa gak pernah kepikiran buat hancurin hidup orang!"

Matanya berkaca-kaca, hatinya seperti di tikam oleh benda tajam. Bisa-bisanya orang yang dia sangat percaya, menuduhnya berlaku jahat seperti itu.

"Tanisa bukan orang jahat, A," lirihnya. Dia menundukkan kepala dalam, lalu terisak. Hatinya benar-benar sakit.

"Maaf," ucap Sean sambil memegang bahu Tanisa. Namun, segera di tepis oleh gadis itu.

"Aa jahat! Pemikiran Aa tentang Tanisa jahat! Aa bener-bener udah buat hati Tanisa sakit ... hiks." Tanisa mundur dua langkah. "K-kenapa Aa bisa mikir kalau T-tanisa sejahat itu? ... Apa Tanisa segitu antagonisnya di mata Aa?"

Sean menggeleng. Dia tidak bisa melihat sahabatnya menangis seperti ini. Apalagi, alasan Tanisa menangis adalah dia.

"Maaf, Tan ... maafin gue."

Tanisa mendongkak. "Aa bener, Tanisa itu bego. Bisa-bisanya Tanisa mikir kalau Aa cuma berubah sementara. Bisa-bisanya Tanisa mikir kalau Aa cuma lagi cape di sisi Tanisa. Tanisa pikir, Aa bakal balik lagi jadi sahabat sekaligus Kakak yang selalu ada buat Tanisa. Tapi apa? Semua pemikiran Tanisa salah besar, A." Dia memaksakan senyum di bibirnya. "Sean Dannatya di depan Tanisa sekarang, bukan Sean Danantya yang Tanisa kenal. Bukan Sean laki-laki terbaik kedua setelah Ayah di hidup Tanisa."

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang