Dua puluh Lima

3.8K 529 50
                                    

Sebelum baca, mari vote dulu!!
Setelah itu jangan lupa komen ya, Sayang😺

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬





































Sean memasuki rumah. Dia baru saja pulang mengantarkan Anary dan Jian pulang.
Dia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar, untuk menghindari Mamanya.

"A," suara panggilan Ana membuat Sean memekik.

Dia memutar badan ke arah sumber suara. "Ada apa, Ma?"

Ana melipat kedua tanganya di depan dada. "Mama tau, tadi Aa nguping Mama sama Anary di teras."

Sean mengigit bibir bawahnya. Sedari tadi, dia meremas-remas tangan yang dia sembunyikan di belakang punggungnya. Memang, tadi dia menguping obrolan Mamanya dan Anary.

"Maaf," lirih Sean sambil menunduk.

Ana menghela napas. "Kamu ngerti situasinya, kan? Mama juga harap, kamu ngerti apa yang harus kamu lakuin setelah ini," kata Ana.

Sean menelan salivanya. Dia masih belum bisa mencernanya semuanya dengan baik. Yang tadi dia dengar benar-benar membuatnya kaget dan di buat berpikir keras.

Ana berjalan mendekati Sean, dan menepuk bahu anak laki-lakinya.

"Aa sendiri kan yang bilang sama Mama waktu itu. Kita harus tolongin Ary, karena kita yang udah masuk ke dalem dunianya dia," kata Ana.

"Mama rasa, Aa cukup ngerti kemana arah yang tadi Mama omongin."

Dan setelah itu, Ana melangkahkan kakinya meninggalkan Sean yang berdiri di depan pintu kamar dengan raut wajah yang tidak bisa di artikan.

Dia akan mencerna semuanya dulu dengan baik. Lalu setelah itu, dia akan memikirkan hal apa yang harus dia lakukan untuk menolong Anary.

■■■

Satu minggu berlalu setelah di mana Anary menceritakan semua masalahnya pada Ana. Hari-harinya selama tujuh hari ini terbilang sangat lancar. Tidak ada gangguan telepon menyebalkan dari Laksa atau pun Keano.

Untuk satu minggu, Anary merasa aman.

Perihal Sean, dia memilih untuk tidak bicara pada Anary kalau dia juga tahu siapa Laksa dan masalah Anary apa. Dia akan bertindak dari belakang. Untuk melindungi Anary dan juga Tanisa pastinya.

Dia harus menjauhkan kedua gadis itu dari Laksa. Dan sebisa mungkin, Sean melakukan itu.

Sekarang, Sean, Anary, dan juga Tanisa sedang berada di kantin. Mereka sama-sama diam. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Suasana yang biasanya akan hangat, berubah menjadi dingin. Dan mereka, sama-sama tidak tahu kenapa suasana menjadi seperti ini.

Sean menghela napas. "Kenapa, sih? Kok tiba-tiba kayak gak enak gini hawanya."

Tanisa menatap Sean beberapa detik, lalu kembali membuang mukanya. "Tanyain aja sama pacar Aa."

Sean langsung menoleh ke Anary. Lalu menggerakan gestur tubuh seakan bertanya. 'Ada apa.'

Anary menggeleng, lalu dia juga membuang mukanya.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang