Empat Belas

4K 563 53
                                    

Hai guys! Maaf kemarin gak up:(
Wp aku tiba-tiba gk bisa publish:(

Btw, aku bakal double up kalau komennya banyakk hehe

Jadi bisa kan?



_SELAMAT MEMBACA_
























Anary berada di kamar adik tercintanya sekarang. Dia sedang berusaha membuat adik laki-lakinya itu tidur.

Anary mengusap kepala Jian dengan sayang. Banyak perubahan yang terjadi dalam diri adiknya ini. Dari hal kecil, sampai hal besar sekalipun.

Jian sudah terbiasa dengan makanan berasa sekarang. Jadi, Anary yang biasanya tidak pernah membeli bumbu untuk di dapur. Akhirnya membiaskan diri untuk membeli bumbu untuk menyedapkan makanannya. Walaupun itu bumbu instan.

Sebenarnya kebiasaan makan makanan tanpa rasa ini sudah jadi kebiasaan Anary dan Jian sejak mereka masih sangat kecil. Pembantu mereka waktu itu, di perintahkan oleh Ibunya agar tidak memberi makanan enak.

Mengingat itu, Anary menghela nafas.

Anary tersenyum saat melihat Jian sudah tertidur pulas di pelukannya. Pelan-pelan, Anary melepaskan tubuh adiknya dan beranjak.

Dia tersenyum. Lalu, mencium kening adiknya dengan sayang.

"Selamat tidur, Sayang," ucap Anary.

Setelah itu, dia melangkahkan kakinya keluar dari kamar adiknya.

Anary melangkahkan kaki menuju kamarnya. Dan, dia langsung menghempaskan badannya di kasur.

Hari ini terlewati sesuai rencana.
Semoga, seterusnya juga seperti ini.

Drtt ... drtt

Suara ponsel yang berada di nakas bergetar. Anary langsung membawa ponselnya dan melihat siapa yang meneleponnya malam-malam seperti ini.

Dia mengerenyitkan dahinya. Siapa yang meneleponnya malam-malam seperti ini? Nomernya tidak Anary kenal.
Apa mungkin orang iseng?

Anary tidak mengangkatnya. Dia memilih mematikan ponsel dan menyimpanya kembali.

Ini sudah jam 10 malam. Dan dia, harus tidur agar tidak telat bangun besok.

■■■

"Sayang, ayo bangun. Kak Ary udah buatin makanan enak buat Jian. Ini hari minggu, lho. Jian mau nonton kartun bareng Kak Ary, gak?"

Yang di bangunkan tidak merespon sama sekali. Dia malah menenggelamkan kepalanya di bantal.

Anary terkekeh melihat itu. Dia tahu Jian mendengarnya. Tapi, adiknya itu masih malas untuk bangun.

"Oke, gapapa kalau Jian gak mau bangun. Makanannya buat ayam tetangga aja. Dia juga kayaknya laper. Soalnya, dia bersuara terus."

Jian langsung berdiri dari tidurnya. Terlihat lucu saat melihat rambut Jian berantakan, dengan mata yang masih tertutup.

"Ayo bangun, Sayang. Ini udah jam delapan, lho."

Jian mengangguk. Dan, mengucek-ngucek matanya. Lalu, menatap Anary.

"Mau di gendong," katanya manja.

Anary tertawa renyah. Lalu, merentangkan tangan untuk mengendong adik yang sedang manjanya ini.

"Mandi dulu, ya?"

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang