Sembilan

4.7K 667 68
                                    

Hai ketemu lagii!!❤

Semoga kabar kalian baik yaa hari ini <3

Gini guys ...
Jadi, aku kan update setiap hari nih.
Kalau misalnya aku telat update, atau update 2 hari 1 kali
Gapapakan?

Tapi tetep aku usahain setiap hari kok❤🤗

SEBELUM BACA PART INI. VOTE DULU YUK
Udah itu, KOMEN YAA









-SELAMAT MEMBACA-



























"Jian baik-baik ya, sama Tante Ana. Jangan nakal, oke?"

Anak laki-laki itu mengangguk. "Siap kak Aly. Kak Aly belajarnya yang semangat! Bial pintel."

Anary terkekeh sambil mencolek hidung adiknya. Dia beralih memandang Ana.

"Tan, Ary titip Jian ya. Kalau dia nakal marahin aja," kata Anary.

Ana mengangguk. "Iya. Kamu tenang aja. Tante bakal jagain Jian, Kok. Seneng Tante, akhirnya ada temen di rumah kalau Sean sekolah sama Papanya kerja."

Anary terkekeh. "Ya udah, kalau gitu Ary berangkat ya Tante." Dia menyalimi tangan Ana. Lalu, beralih mencium pipi adiknya.

"Inget! Jian gak boleh nakal, oke?"

"Iya Kak Aly yang cantik Kakaknya Jian yang ganteng," kata Jian greget.

Ana yang melihat interaksi kedua kakak beradik itu terkekeh.

"Tan, pamit ya."

Ana mengangguk. "Hati-hati, Ry. Oh iya, kalau kamu ketemu Sean di sekolah. Bilangin ya, HPnya jangan di silent terus," kata Ana.

Anary mengangguk. Lalu melangkahkan kakinya keluar dari pekarangan rumah keluarga Sean.

Kata Ana, Sean memang sengaja berangkat lebih pagi untuk menjemput sahabatnya. Dan itu selalu Sean lakukan dari dia masih SD.

Tidak bisa terpisah dengan sahabatnya.

Anary menghela nafasnya panjang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh sekarang. Anary harus buru-buru ke sekolahnya.

■■■


Rasanya Anary ingin menangis saja sekarang. Bagaimana tidak? Guru yang baru saja keluar dari kelas, memberikan tugas sekolah yang begitu banyak padanya.

Kata guru tersebut. 'Kamu gak punya nilai. Mulai dari sekarang kejar nilai, ya. Nih, kerjain.'

Aaaa rasanya seperti anda berubah menjadi ironmen.

Anary menghela nafasnya. Perutnya terasa lapar. Tapi, di kantin tidak ada makanan yang ia sukai. Semua makanan berasa. Tidak ada makanan hambar.

Kalau di sekolahnya yang dulu, Anary akan pergi ke kantin seperti orang-orang. Karena, dia mempunyai satu warung langanan yang menyediakan makanan yang Anary suka.

"Heh! Kenalin gue Prisila."

Anary yang menoleh ke sumber suara. Dia melihat ada seorang gadis dengan rambut panjang berdiri di depannya sambil menatap dirinya sinis.

"Anary," respon Anary.

Gadis itu duduk di depan bangku Anary. "Lo pindahan Merdeka bukan sih?" tanyanya.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang