Lima puluh satu

3K 511 680
                                    

Aku update! Gak ingkar janji xixi
Terimaaci yang udah spam komen di part kemarinn! Lopyu selangitt

Sebelum baca, mari vote dulu!!
Setelah itu jangan lupa komen ya, Sayang😺

Absen sini, tim nya #happyending mana suaranya

Jangan siders, ya!

Komen lebih dari 500 untuk next
Xixi

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬
















































"Jian udah tidur."

Sean mengatakan itu sambil menutup kembali kamar Mamanya. Dia berbalik dan tersenyum hangat pada gadis yang terlihat kelelahan.

"Mama bilang, Jian udah bisa di tenangin sekarang," lanjutnya sambil mengusap bahu Anary. "Lo tenang aja, ya. Mama bakal jaga Jian. Sekarang, kita bisa pergi."

Sudah empat hari berlalu semenjak kejadian itu. Tetapi, semuanya belum bisa di katakan baik-baik saja.

Keadaan Laksa masih sangat lemah di rumah sakit walau dia sudah melewati masa kritisnya. Kondisi kesehatan Jian baik-baik saja, tetapi tidak dengan mentalnya. Anak laki-laki itu selalu menatap kosong atau menjerit ketakutan tiba-tiba.

Memang, sebelum kejadiaan itu, Jian sudah sering menerima perlakuan kasar dan melihat kekerasan. Tetapi, kejadian kemarinlah yang benar-benar membuat mentalnya terganggu. Bagimana dia di perlakukan begitu kasar oleh bibinya dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Laksa tertabrak sampai mengeluarkan banyak darah terekam jelas di ingatan kecil Jian.

Semua itu menjadi trauma untuk dia.

"Mau pergi ke rumah sakit atau ke kantor polisi dulu?" tanya Sean saat mereka sudah berada di depan motor.

"Ke rumah sakit dulu," jawab Anary dengan suara seraknya. "Kata Om Rey, Laksa mau ngomong sama kita. Ada Keano juga di sana."

Sean mengangguk sambil mengusap tangan Anary. Dia tersenyum hangat dan mengatakan, "Semuanya bakal membaik, Ry."

Anary mengangguk dan menyungingkan senyumnya. Tak ada yang dia inginkan selain semuanya membaik saat ini. Anary sudah lelah memikirkan rasa sakitnya. Sekarang, dia hanya ingin orang-orang di sekitarnya merasa nyaman.

Dia terlalu banyak menyusahkan. Kebahagiaannya sudah tidak berarti apa-apa. Biarkan semua kenyataan menimbunnya hingga hilang.

Anary lelah menangis memikirkan itu.
Kenyataan sudah menikamnya dengan keras.

■■■


Hening.

Itu yang di rasakan Laksa sebelum pintu yang tadinya tertutup rapat terbuka lebar. Dia menoleh, mendapati gadis cantik yang sedari tadi dia tunggu kedatangannya.

"Gimana keadaanya? Baikan?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Anary. Dia terlihat memaksakan senyum di bibirnya.

Laksa diam tak menjawab. Hanya memperhatikan langkah Anary yang semakin mendekat. Tetapi, setelah gadis itu berada tepat di sebelahnya, dia malah membuang wajah dan membenarkan posisi tidurnya.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang