Tiga puluh enam

3.4K 510 184
                                    

Budayakan vote sebelum membaca
Lalu setelah itu komen.

Vote nembus 200 dan komen ratusan dalam 24 jam
Aku update konsisten lagi <3

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬







































Sean mengacak rambutnya kasar. pikirannya terus melayang tak tentu arah. Semua yang terjadi hari ini, membuatnya merasa berada di posisi yang salah. Dari mulai Keano yang membuatnya berpikir kembali. Kecurigaannya pada Tanisa, dan bagaimana cara memberitahu tentang berita ini pada Anary.

"Aa Sean."

Panggilan dari belakang, membuat Sean segera menoleh ke arah sumber suara. Dia hanya menatap sekilas, setelah itu dia kembali berbalik.

"Pantesan Tanisa cariin di kelas gaada. Ternyata Aa Sean ada di taman belakang," Tanisa ikut duduk di sebelah Sean. "Nih, Tanisa bawain Tasnya Aa," katanya sambil menyodorkan tas yang ada di tangannya.

"Makasih."

"Makasih aja?"

Sean menoleh. "Emang mau apa?"

"Gak mau apa-apa," kata Tanisa sambil menggeleng. "Oiya, Aa bolos berapa pelajaran?"

"Gatau."

Tanisa mendengkus. "Aa kenapa, sih?! Kok jawabnya irit-irit gitu."

Sean menghela napas, lalu beranjak dari duduknya. "Gue mau balik."

"Ikuttt," seru Tanisa sambil ikut beranjak.

Sean menggeleng. "Gue mau ketempat Ary dulu. Mending lo pulang sendiri aja," katanya.

"Mau apa sih ketempat, Ary?" Tanisa mencebikkan bibirnya. "Mau nyari kepastian kalau berita yang di mading itu salah?"

"Buat apa nyari kepastian? Gue udah tau semuanya, kok."

"Aa udah tau kalau Ary mantan jala--

Belum juga Tanisa menyelesaikan ucapannya, Sean membekap mulut gadis itu tiba-tiba. Lalu berkata, "Jangan berani-berani bilang kata-kata katak gitu di depan gue lagi!"

Tanisa menghempas tangan Sean dari mulutnya. "Kenapa sih, Aa harus berubah kayak gini?!"

Sean berdecak. Jika sudah seperti ini, pasti akan panjang urusannya. "Gue balik dulu, Tan." Sean langsung melangkah meninggalkan Tanisa tanpa mengubris pertanyaan gadis itu.

"Nyebelin banget, sih! Ary lagi, Ary terus!" sungut Tanisa.

■■■


Sean tidak langsung pulang ke rumahnya. Dia sengaja pergi ke rumah Anary tanpa menjemput Jian terlebih dahulu. Dia akan mencoba berbicara pada Anary.

Dada Sean berdetak saat dia melangkah masuk ke dalam rumah. Hening dan gelap. Itu yang menyambut kedatangan Sean. Lampu rumahnya mati, dan cahaya dari luar pun terhalangi oleh tirai gorden.

"Gelap banget, sih," kata Sean sambil membuka tirai gorden agar cahaya dari luar masuk. Setelah itu, dia melangkah menuju kamar Anary.

Tok .. tokk

Sean mengetuk pintu kamar Anary yang tak tertutup rapat.
Sekali,
Dua kali,
Sampai ketukan ke tiga kali, Anary tak kunjung mengubris.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang