Lima puluh dua

3.2K 531 865
                                    

Sebelum baca, mari vote dulu!!
Setelah itu jangan lupa komen ya, Sayang😺

Kota asal kalian dari mana?

Jangan siders, ya!

Komen lebih dari 500 untuk next
Xixi

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬


































Sean mengeratkan hoodie yang melekat di badannya. Dia melirik ke sebelah, melihat gadis yang sedang memperhatikan hujan yang turun ke aspal dengan mata redupnya. Saat pulang dari rumah sakit, kantor polisi, sampai sekarang mereka berdiam di halte karena hujan deras. Anary sama sekali tak berbicara padanya.

Hanya menjawab ucapan Sean dengan anggukan, gelengan dan senyuman. Selebihnya hanya diam. Gadis itu hanya membuka suaranya saat tadi di mintai keterangan lebih lanjut oleh polisi.

"Ry." Sean memanggil.

Anary menoleh, mengangkat dagunya seakan bertanya ada apa.

"Kenapa?" Sean bergeser, lebih mendekati badan Anary.

Anary menggeleng. "Gaada apa-apa," jawabnya sambil menyunggingkan senyum. Setelah itu, kembali menatap lurus kedepan.

Sean menghela napas. "Apa karena Laksa mau pergi ke Belanda?"

Anary kembali menoleh pada Sean. "Apa dia ngomong sama lo dan Keano?"

Sean mengangguk. Memang, tadi saat Anary keluar dari ruangan Laksa, dia memanggil Sean dan Keano untuk menemuinya. Awalnya, suasana begitu canggung. Sampai, pembicaraan di mulai dengan pancingan dari Keano.

Tiga laki-laki itu membicarakan banyak hal. Awalnya, banyak sekali perdebatan yang terjadi. Sampai akhirnya, perdebatan itu menjurus pada hal yang lebih serius.

Laksa menjelaskan semuanya pada dua laki-laki yang berharga di hidup orang yang sudah ia hancurkan. Dua laki-laki yang sama-sama menyayangi Anary dan Jian.

Dia meminta maaf, tetapi Permintaan maafan Laksa itu hanya di balas senyum simpul oleh Sean dan Keano.

Sampai, Laksa bilang, dia akan pergi ke Belanda. Dia sudah memutuskan untuk tinggal bersama neneknya sementara waktu.

Dia butuh membangun kepercayaan diri dan mengubur rasa dendam yang masih sedikit berapi di hatinya.

"Apa semuanya berakhir dengan kayak gini?" tanya Anary tiba-tiba. "Apa semua masalah udah selesai?"

Sean menerbitkan satu senyumnya. "Semoga kebahagiaan bentar lagi bakal dateng."

Anary menghela napas. "Rasanya ... gue mati rasa."

"Semuanya cuma perlu lo terima dengan baik, Ry. Gak ada yang perlu di takutin lagi," ucap Sean lembut. Dia mengusap bahu Anary dengan sayang.

Anary menatap lekat Sean. Rasanya, ada rasa yang sangat sesak jika mengingat semuanya. Tubuhnya sudah mati rasa. Seperti tak bisa merespon rasa sakit lagi. Tetapi di dalam hatinya, semua itu selalu saja menyiksa. Seakan meremasnya kuat-kuat.

Dia tidak berharap kebahagiaan untuknya. Dia hanya ingin semuanya baik-baik saja.

Berharap, hanya akan terus menyakiti dirinya.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang