Lima belas

3.9K 583 65
                                    

Hai jangan lupa vote sama komennya ya:)
Follow akun Author jangan lupa :3




SELAMAT MEMBACA











































"Lo tunggu disini gapapa, ya?"

Sean mengangguk sambil membawa helm yang di sodorkan Anary.

"Hati-hati, Ry. Kalau ada gimana-gimana lo teriak aja, oke? Biar gue bisa bantu lo."

Anary mengangguk. Setelah itu, dia melangkahkan kakinya menuju pekarangan rumah yang sedari kecil ia tinggali.

Dari halaman, Anary bisa lihat. Kalau rumahnya ini tidak di urus. Teras rumah yang biasanya bersih pun menjadi sangat kotor. Debu dimana-mana.

Anary membuka pintu rumahnya perlahan. Tidak terkunci, persis seperti apa yang Anary pikirkan.

Dan, hal pertama yang Anary lihat saat masuk adalah keadaan yang berantakan. Sofa tidak berada di tempatnya. Pas foto banyak yang tergeletak di lantai dan kacanya pecah.

Dia melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Dan, terlihat kamar Ibunya terbuka sedikit. Perlahan, Anary membukanya dan yang dia lihat adalah Ibunya yang sedang tertidur pulas.

Anary tersenyum melihat itu.
Jika sedang tidur, Ibunya terlihat sangat cantik. Dan juga, tidak ada gores kebencian dan kemarahan yang biasanya dia perlihatkan pada Anary dan juga Jian.

Anary berjalan mendekat ke lemari baju Ibunya. Untuk mengecek, apa yang di katakan bibinya benar. Kalau Ibunya butuh uang Anary.

Tapi, Saat Anary baru saja akan membuka lemari tersebut, sebuah bantal melayang mengenai punggungnya.

"Anak sialan! Ngapain kamu, hah?!"

Anary berbalik badan dan melihat Ibunya yang sudah terbangun. Padahal, beberapa menit yang lalu Ibunya masih tertidur pulas.

"Mau apa kamu?!" bentak Ibunya.

Anary mengigit bibir bawahnya. Dia binggung harus menjawab apa.

"Keluar dari kamar saya sekarang anak sialan!"

"An-anu, Bu. Ibu bu-butuh uang Anary?" tanya Anary.

Ibunya berdecih. "Saya gak sudi pake uang kamu sepeserpun!"

Anary menghela nafas. Bisa di pastikan, kalau Bibinya mengada-ngada dengan mengatakan kalau Ibunya butuh uang Anary. Padahal Anary tau, kalau Ibunya punya cukup banyak uang.

"KELUAR SEKARANG ATAU SAYA LEMPAR LAMPU INI?"

Ibunya membawa lampu tidur yang berada di nakas. Dan bersiap melemparkannya pada Anary. Namun, Anary buru-buru menggeleng dan berjalan cepat keluar kamar.

Anary melangkahkan kakinya turun dengan mata yang menelusuri setiap sudut rumah yang selama ini membuat mentalnya hampir terbunuh.

Anary hanya menghela nafas saat mengingat semuanya. Rasa-rasanya, semua hal yang terjadi belum pernah selesai dengan baik.

Anary hanya menghindarimya sekarang. Bukan menyelesaikannya.

Dia membuka pintu rumah, dan keluar dengan langkah lamban menuju tempat Sean menunggunya.

"Udah, Ry?" tanya Sean.

Anary mengangguk. Lalu tersenyum kecil. "Udah, kok."

"Gimana?"

Anary menggeleng. "Enggak gimana-gimana. Semuanya baik-baik aja," jawabnya.

"Ya udah, ayo pake helmnya terus naik," suruh Sean sambil menyodorkan helm ke arah Anary.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang