Enam Belas

4K 586 110
                                    

Hai semuaa!
Aku kembali^^
Jangan lupa vote sama komen yang banyak, ya!
Jangan lupa juga follow akun Author:>

PfAu__



SELAMAT MEMBACA










































"A, Tanisa bener-bener gak sengaja," ucap Tanisa.

Sean tidak mengubris. Dia malah berjongkok dan mengendong Jian yang tersungukur. Lalu, menidurkan kepala Jian di pundaknya.

"Lo harusnya gak ngedorong anak kecil gitu, Tan! Gimana kalau Jian kenapa-napa, hah?! Tadi lo dorong dia keras!"

Tanisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh dia tidak sengaja melakukan itu.

"Kan Tanisa udah bilang, A. Tanisa gak sengaja!"

Sean terus saja menatap Tanisa tajam sembari mengusap-ngusap kepala Jian.

"Lo masih ngelak gak sengaja? Sebelum dorong Jian, lo bentak dia dulu, Tan!"

Emosi Tanisa mulai tersulut. Dia tidak suka di bentak seperti ini. Apalagi, sekarang yang membentaknya adalah Sean.

"Tanisa gak suka di bentak gini!"

Sean masih menatap Tanisa dengan tajam. "Lo harus belajar buat ngaku kesalahan lo, Tan."

"Tapi Tanisa gak salah, A!"

"Gak salah kata lo? Terus Jian di dorong sama siapa, hah?!"

"Kenapa Aa yang sewot, sih? Jiannya aja gak nangis Tanisa dorong! Kenapa Aa yang marah? Lagian Tanisa gak sengaja dan Tanisa gak salah!"

Tanisa tetap keukeh dengan pemikirannya bahwa dia tidak salah.

Sean menghela nafas. "Oke, lo GAK SENGAJA," kata Sean sambil menekan kata terakhirnya.

"Gue tanya sama lo, kenapa lo bisa seemosi itu sama Jian, hah?!"

"Jian terus aja ngerengek minta di temenin main! Padahal, Tanisa lagi badmood gara-gara Laksa!" jawab Tanisa.

Sean diam sesaat. Lalu, terdengar kekehan dari bibirnya. "Oh, gara-gara pacar lo, ya?" Sean menaikan sebelah alisnya. "Kenapa lagi lo sama pacar, lo? Putus?" tanya Sean pedas.

Tanisa menatap marah Sean. "Apa-apaan Aa bilang kayak gitu, hah?!"

"Oh, gue salah, ya?"

Tanisa menatap tajam Sean. "Gak tau! Tanisa pulang sekarang!"

Tanisa mengambil tas selempang kecil di sofa, lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah Sean dengan langkah cepat. Sedangkan, Sean hanya diam sambil mengendong Jian yang masih menenggelamkan kepalanya di celuk leher Sean.

Sean tidak suka melihat anak kecil di kasari. Apalagi itu Jian, walau baru kenal, Sean sudah sangat sayang pada anak laki-laki di pelukannya ini. Bukan hanya dia saja yang sayang padanya. Tapi, Mama dan Papanya pun sudah menganggap Jian anak mereka. Walau, Papa akhir-akhir ini sibuk di kantor.

Sean marah pada Tanisa. Tanisa terlalu keras kepala dan egois. Itu adalah dua sifat Tanisa yang sangat membuat Sean risih. Gadis itu juga tak mudah mengakui kesalahannya.

"Sean, itu Tanisa kenapa keluar buru-buru?" tanya Anary yang baru saja masuk kedalam rumah. "Lah, terus Jian kenapa?"

Sean tidak menjawab. Dia masih dalam keaadaan emosi. Jadilah Sean memilih untuk diam dan mengusap-ngusap kepala Jian.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang