Dua puluh enam

3.7K 579 68
                                    

Sebelum baca, mari vote dulu!!
Setelah itu jangan lupa komen ya, Sayang😺

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬



































"Kak Aly, keluar!!!" teriak Jian sambil menggedor kamar.

Anary yang sedang menyisir rambut, langsung beranjak dan membuka pintu kamar yang tadi dia kunci karena baru saja berganti baju.

"Ada apa, Sayang?" tanya Anary saat membuka pintu kamar dan mendapati Jian berada di depannya.

"Ada Aa Sean," kata Jian dengan nada senang.

"Sean?"

Jian menganggukan kepalanya sambil berloncat senang. "Iya, ada Aa Seann."

"Ya udah, ayo samperin."

Anary menuntun tangan Jian dan melangkah menuju ruang tengah. Tempat di mana Sean berada.

"Aa," panggil Jian sambil melepaskan genggaman tangan Anary dan berlari ke depan Sean.

Sean tertawa renyah. Dia menggendong Jian ke dalam pangkuannya, lalu menolehkan kepala ke arah Anary yang akan duduk di sofa single di sebelah kanan.

"Ada apa?" tanya Anary.

"Mama suruh lo sama Jian ke rumah. Katanya ada perlu," jawab Sean.

"Oke, nanti gue ke rumah lo. Sekarang gue sama Jian mau ke makam Papa sama Kak Anara dulu. Gue udah janji sama Jian mau bawa dia ke makam."

"Ya udah, sekalian aja. Biar gue anterin lo sama Jian, gue ke sini kan di suruh jemput lo."

"Asli, nih? Lo mau anterin gue sama Jian ke makam? Jauh lho," kata Sean.

Sean mengangguk. "Iya, gue anterin. Lagian gue gak ada kerjaan."

"Oke deh kalau gitu. Lo tunggu di sini sama Jian. Gue mau ambil tas dulu di kamar," kata Anary.

Anary beranjak dan melangkah menuju kamar, meninggalkan Sean dan Jian di ruang tengah.

"Aa mau antel Jian sama Kak Aly ke tempat Kak Anala sama Papap?" tanya Jian sambil memainkan tali jaket hoodie yang di gunakan oleh Sean.

Sean mengangguk. "Iya, Aa mau anterin Jian sama Kak Anary."

Jian mengembangkan senyum lebarnya. "Nanti Jian mau celita banyak sama Kak Anala," kata Jian.

"Iyakah? Jian mau cerita apa?"

"Banyak. Nanti Jian juga mau celitain Aa, Mom, sama Dad."

Sean terkekeh. "Nanti bilang sama Kak Anara, kalau Jian punya Aa ganteng, Mom cantik, sama Dad yang ...,"

Sean terlihat berpikir. "... yang apa, ya?"

"Yang Sayang sama Jian," timpal Jian. "Kan Dad sayang sama Jian."

Sean mengangguk, lalu mengacak rambut anak laki-laki di pangkuannya itu. "Jian pinter bangett, sih. Aa jadi gemes pengen punya anak kayak Jian," canda Sean.

Jian terlihat mencerna candaan Sean. Mukanya tampak memancarkan kebingungan, membuat Sean yang melihatnya tertawa.

"Gue udah siap, ayo."

Suara dari belakang, membuat Sean dan juga Jian menoleh. Sean menganggukan kepalanya, lalu beranjak sambil mengendong Jian.

"Ayo."

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang