Dua puluh empat

3.5K 560 77
                                    

Sebelum baca, mari vote terlebih dahulu.
Udah itu komen, okeee
Jangan lupa, yang belum follow, follow dulu PfAu__

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬




























"Ry, kalau kamu gak kuat buat cerita, Gak usah Sayang. Nanti aja," kata Ana sambil mengusap tangan Anary.

Anary menggeleng. "Gak, Tan. Ary bakal ceritain semuanya sekarang," kata Anary. "Sebelum Tante denger dari orang lain."

Ana menghela napas. Lalu menganguk.

"Tante pernah denger pepatah, 'pendidikan pertama anak, adalah keluarga.' Gak?"

"Pernah."

Anary tersenyum hambar. "Kata orang, pendidikan pertama anak, adalah di keluarga. Tapi, semua gak berlaku buat Anary. Anary rasa, pendidikan pertama Anary adalah trauma. Anary tumbuh dengan asupan caci maki, dan sentuhan sentuhan kasar. Gak ada kasih sayang sama sekali yang di kasih sama Ibu buat Ary."

"Ibu selalu aja ngerasa kalau Ary penghambat, Ibu gak bakal segan-segan buat siksa Anary setiap harinya. Bahkan, hal sepele pun, Ibu selalu salahin Anary. Padahal, dia tau, kalau yang salah bukan Anary."

Anary melihat mata Ana yang menatapnya dengan iba. Lalu dia menggeleng. "Tan, jangan tatep Anary kayak gitu. Anary gak suka," katamya.

Mendengar itu, Ana buru-buru memalingkan wajahnya. Membuat Anary yang melihatnya tersenyum hambar.

"Anary gak suka di tatap Iba kayak gitu. Tatapan itu selalu ngingetin Anary sama orang-orang yang bikin masalah Anary makin rumit," katanya.

Anary menghela napas. "Tante tau gak, kalau Anary awalnya di larang sekolah sama Ibu. Dia bilang, sekolah cuma buat orang-orang yang bisa berkembang. Sedangkan kata Ibu, Anary cuma bakal nyusahin aja," katanya. "Tapi, karena bujukkan Kak Anara, akhirnya Ibu sekolahin Anary juga, dengan syarat, Anary gak boleh coba buat lebih unggul dari Kak Anara."

"Tunggu, Ry. Ibu kamu memperlakukan kamu sama Anara beda?"

Anary mengangguk. "Bisa di bilang kayak gitu."

"Ibu selalu bangga-banggain Kak Anara, sedangkan Anary selalu di caci maki. Ibu selalu kasih apa yang Kak Anara mau, sedangkan, kebutuhan Anary pun selalu di anggap beban. Semuanya emang gak adil buat Anary."

"Anary selalu aja ada di posisi yang bikin Ibu semakin benci sama Anary," katanya. "Dan parahnya, Sampai sekarang Anary gak tau alesan kenapa Ibu sebenci dan gak sesuka itu sama Anary."

"Em, k-kalau bo-boleh tau, Kakak kamu sekarang dimana?" tanya Ana.

"Mati," jawab Anary dengan singkat, padat, dan jelas. "Kak Anara pergi selama-lamanya. Dan lagi-lagi, kata Ibu, Anary penyebabnya."

Anary menghela napas. "Waktu Anary lulus SMP, Kak Anara paksa Ibu buat sekolahin Anary di sekolah yang sama kayak Kak Anara. Entah gimana ceritanya, akhirnya Kak Anara berhasil, dan Anary pun sekolah di sekolah yang sama kayak Kak Anara."

"Anara lebih tua berapa tahun dari kamu, Ry?" tanya Ana.

"2 tahun. Kak Anara kelas 12 saat Anary masuk SMA."

Anary menolehkan kepalanya menatap Ana. "Tante masih mau denger cerita Ary, kan?"

Ana mengangguk sambil mengusap pipi Anary. "Tante bakal dengerin semua cerita kamu, Sayang. Kamu boleh ceritain semuanya, sampai kamu lega."

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang