Tiga puluh Lima

3.4K 512 98
                                    

Budayakan vote sebelum membaca
Lalu setelah itu komen.

#SeanAnary, kan?
Xixi

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬




















"Bu-bukan gue yang lakuin ini, Sean Danantya!"

Entah keberapa kali perkataan itu ke luar dari mulut Keano. Dia sudah kehilangan banyak tenaga karena Sean terus saja memukulinya.

Sorot mata Sean yang menyiratkan kemarahan, menatap tajam ke arah Keano. "Lo pikir gue percaya, hah?!" desisnya.

Bug
Bug
Bug

Sean seperti kesetanan sekarang. Dia terus memukuli tubuh Keano tanpa ampun di taman belakang yang sepi ini.

"Ber-berhenti, Se-sean. G-gue mo-mohon." Keano merintih. Dia sudah benar-benar kehabisan tenaga lagi. Sedari tadi juga, dia tak membalas sedikit pun pukulan yang Sean layangkan.

Melihat keadaan Keano yang sudah tak memiliki tenaga, Sean berhenti. Dia ikut terduduk di rumput sambil berusaha menetralkan napasnya.

"Maksud lo apaan, sih?" Sean menatap tajam Keano yang sudah berbaring di rumput. "Maksud lo apaan, No? Kenapa lo buat hidup Anary gak tenang? Dia punya salah apasih sama, lo?"

Sean memejamkan mata. "Harusnya lo minta maaf sama dia, brengsek. Harusnya lo minta maaf! Bukan malah fitnah dia kayak gini!" lanjutnya. "Gak cukup lo buat dia tambah menderita gara-gara kematian kakaknya?"

"Bukan gue yang lakuin semua ini," lirih Keano.

"Terus kalau bukan elo siapa?!" bentak Sean. "Di sini cuma lo orang yang patut di curigain! Lo udah banyak bikin hidup Anary susah. Lo bikin hidup Anary berantakan!"

"Gue akuin. Dulu gue emang brengsek banget. Dulu gue emang gak punya otak. Gue tabrak Anara sampai dia kehilangan nyawa," Keano berusaha memberdirikan badannya. "Tapi gue pindah ke sini bukan buat bikin hidup Anary berantakan lagi."

Sean menghela napas panjang. Kenapa dia tidak melihat kebohongan dari mata Keano? Kenapa dia berpikir kalau Keano benar-benar tulus dengan ucapannya tadi.

"Yang brengsek, tetep aja brengsek," sungut Sean. "Lo udah banyak ngelakuin salah sama Anary. Lo udah bikin hidupnya hancur. Dia di tuduh jadi penyebab kematian Anara."

"Karena tuduhan itu bener adanya, Sean Danantya."

Sean hendak melayangkan satu tinjuan lagi untuk Keano. Namun, dengan segera Keano menghentikannya dengan mengangkat tangannya ke atas.

"Jangan pukul gue lagi, Sean. Lo bisa buat gue pingsan di sini," kata Keano. "Gue gak bisa bales mukul lo, karena lo adalah orang yang mati-matian belain dan selalu ada buat Anary. Gue gak mau Anary tambah benci ke gue gara-gara gue sakitin orang yang dia sayang lagi."

Deg.

Sean menurunkan tangannya. Dia menatap Keano dengan tatapan yang tak dapat di artikan. Kenapa laki-laki di hadapan Sean ini sungguh susah di tebak?

Sean menggeram. Dia tidak tahu harus melakukan dan mengatakan apa lagi sekarang.

"Kenapa orang-orang selalu ngambil kesimpulan tanpa ngedenger alasan dari sudut lain?" Keano mengusap pangkal hidungnya yang sedikit nyeri. "Padahal, dengan ngedenger dari setiap pihak yang terlibat, bisa aja kesimpulan yang di buat, salah besar."

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang