Tujuh Belas

4.1K 600 41
                                    

Sebelum baca, Jangan lupa Vote sama komennya ya?^^

Nembus 110++ vote dan 40++ komen, aku update setiap hari hehe.

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

































"Doa'in gue, Ry. Semoga gue bisa cuekin Tanisa hari ini," kata Sean.

Sekarang, mereka masih berada di dalam mobil yang terparkir di parkiran sekolah. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit. Anary harus menemani Sean dulu, karena cowok itu mesti menyakinkan dirinya untuk bersikap cuek pada Tanisa.

"Santai aja, Bro. Lo udah niatin ini mateng-mateng, kan? Jadi, yakin aja kalau lo bisa lakuin itu," kata Anary.

Sean menggeleng. "Kayaknya rencananya gak bakal berhasil deh, Ry. Gue gak akan bisa cuekin Tanisa walaupun kemarin kita abis berantem. Soalnya, mau apapun masalahnya, gue sama Tanisa gak bisa marahan lama. Apalagi diem-dieman," ucap Sean dengan memelas.

Anary menghela nafasnya. "Ya udah, batalin aja rencananya. Gampang kan?" Setelah mengatakan itu, Anary membuka pintu mobil dan turun dari mobil Sean.

Dia kesal pada Sean. Cowok itu selalu saja ragu dengan apa yang akan dia lakukan. Padahal, ini demi mendapatkan apa yang dia mau. Anary melangkahkan kakinya masuk ke dalam gerbang menuju gedung sekolah. Sedangkan, Sean hanya bisa memandang Anary dari dalam mobil dan setelah itu, dia ikut turun.

Sean masih binggung. Padahal, menurut Sean ini juga adalah rencana yang bagus untuk mengambil hati Tanisa. Sean melakukan rencana kedua ini agar Tanisa tau, Sean itu penting dalam hidup Tanisa.

"Mamaa, kenapa ngedeketin cewek seribet inii," gumam Sean. Lalu setelah itu, dia melangkahkan kakinya memasuki gedung sekolah.

Sean mengambil ponselnya, lalu mengetikan pesan pada Anary. Bahwa, dia akan menjalankan rencananya jam istirahat dan akan menjemputnya ke kelas.

Rencana kedua ini, Sean harus berhasil. Dia harus berhasil mengambil hati Tanisa demi kelangsungan hatinya.

Di kelas, Anary mendudukkan badannya di sebelah Prisil yang sedang mengotak-ngatik rubik di tangannya. Tangan cantik teman Anary itu bergerak cepat untuk menyatukan warna-warna di tempat yang sama.

"Kenapa mukanya di tekuk gitu, Ry?" tanya Prisil sambil menyimpan rubik di meja dan memutar badannya menghadap Anary.

"Lagi kesel," ucap Anary.

"Kesel kenapa, Ry? Berantem sama pacar lo?"

Anary langsung menolehkan kepalanya. "Pacar, pacar! Pacar dari mana anjir," sewot Anary.

"Boong lo! Bilang aja, lo punya hubungan kan sama Kak Sean?"

Anary menonyor kepala Prisil. "Hubungan-hubungan! Mana ada! Kalaupun ada, gue sama si Sean cuma temenan. Lagian, lo kok bisa nyimpulin kalau gue pacaran sama si Sean. Ada-ada aja."

"Yee, gimana gue gak nyimpulin gini. Pulang pergi lo sama dia. Padahal nih ya, selama gue sekolah disini, Walaupun Kak Sean orangnya ramah dan baik banget sama orang lain. Dia gak akan sedeket itu sama orang selain si Tanisa anak kelas IPA sebelah," kata Prisil.

"Ck, lagi ada urusan gue sama dia. Kalau kelar juga bakal gak sedeket yang lo liat," elak Anary.

"Urusan apa, Ry? Urusan hati?"

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang