Sembilan Belas

3.9K 566 118
                                    

Karena votenya udah melebihi Target yang di tentukan. Jadi aku up:)
Walaupun komennya masih serett😭

Sekarang komennya jangan lupa, ya!!❤

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬



























"Jian, ayo turun dari gendongannya Kak Sean. Kasihan, Kak Seannya berat gendong Jian," bujuk Anary.

Hari ini, Jian sudah boleh pulang ke rumah setelah dua hari di rawat. Dan, sekarang mereka sedang berada di ruang tengah rumah keluarga Danantya.

Anary sedikit gugup sekarang. Karena, ada Papa Sean juga di antara mereka. Ini pertama kalinya Anary bertemu dengan Papa Sean. Karena, dari waktu itu dia sibuk dengan kantornya.

Dia sempat terkagum saat nelihat Om Arsel. Selain berwibawa dan murah senyum, Om Arsel juga sangat tampan.

"Jian, sini sama Dad, Sayang," kata Arsel sambil merentangkan tangannya.

Jian langsung mengangguk semangat. Lalu, dia beranjak dari gendongan Sean dan berlari ke gendongan Arsel.

Sean berdecak. "Papa, Sean lagi main sama Jian ihh," rengek Sean.

Ana yang melihat anaknya merengek terkekeh. "Udah A. Biar Jiannya main sama Papa dulu. Kasihan, Papa belum terlalu kenal Jian," kata Ana.

"Ya udah deh, Kalau gitu Sean sama Ary ke teras depan, ya? Mau ada yang di bicarain," kata Sean.

Arsel dan Ana mengangguk bersamaan.

"Sana, biar Mama sama Papa bertigaan sama Jian," kata Arsel sambil terkekeh.

Sean memutar bola matanya malas. Lalu dia berjalan mendekati Mamanya.

"Mau apa kamu ngedeket ke Mama?" tanya Arsel sambil memincingkan matanya.

"Terserah Aa dong, Pa," kata Sean dengan nada menyebalkan.

Arsel menatap setiap gerak-gerik Sean. Dan itu membuat Sean tertawa.

"Papa kenapa sih, liatin Aa kayak gitu?" tanya Sean diiringi dengan tawa.

"Gak!" jawab Arasel jutek.

Sean mendudukkan badannya di sebelah Ana. Lalu dia langsung mencium pipi Mamanya. Setelah itu, Sean beranjak dan menarik tangan Anary untuk keluar. Sebelum Papanya ngamuk karena dia sudah mencium Ana.

"Sean Danantya!!! Awas aja ya kamu! Papa potong uang Jajan kamu!" teriak Arsel dari dalam rumah.

"Gapapa! Sean punya uang dari cafe sama resto!" timpal Sean berteriak juga.

Anary yang berada di sebelah Sean sudah memelototkan matanya. Menatap Sean dengan horor.

"Lo apa-apaan sih tarik-tarik tangan gue! Kaget tau, gak?" sewot Anary.

Sean menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil terkekeh. "Maaf, hehe."

Anary mendengkus. Lalu dia mendudukkan badannya di ubin teras rumah. Begitupun dengan Sean yang menyusul Anary.

"Kenapa Papa lo sampai marah liat lo nyium Pipi Mama lo?" tanya Anary.

Sean terkekeh mendengar pertanyaan Anary. "Papa tuh orangnya cemburuan banget. Bahkan, sama anaknya sendiri. Dia bakal ngambek seharian kalau liat gue nyium Mama. Dasar Papa aneh emang."

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang