Delapan Belas

3.9K 577 57
                                    

Sebelum baca, Jangan lupa Vote sama komennya ya?^^

Nembus 110++ vote dan 40++ komen, aku update lagi hehe

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬
































"Hey, Kak Ary udah ada disini. Jian makan, ya?"

Anary sedang membujuk Jian yang tidak mau makan. Anak itu mengatakan, ingin di suapi oleh Kak Arynya. Tidak oleh siapapun.

"Sedikit aja, ya?" kata Jian dengan nada lemah

Anary mengangguk, lalu dia mengangkat badan Jian agar posisi adiknya itu terduduk, bukan tiduran.

"Jian tau gak, kenapa badan Jian panas banget kayak gini?" kata Anary sambil menyuapkan makanan ke mulut Jian.

Jian menggeleng lemah. "Apa di dalem badan Jian ada api?" tanya Jian.

Anary terkekeh sambil menganggukan kepalanya. "Iya, di badan Jian ada api. Makannya, biar apinya padem, Jian harus banyak makan sama minum, oke?"

Jian mengangguk. "Jian mau banyak makan, bial api di dalem badan Jian padem," katanya.

Anary tersenyum sambil mengusap kepala adiknya ini. Untung saja, adiknya ini adalah tipe orang yang tidak manja dan selalu mendengarkan kata orang. Tidak bisa di bayangkan, jika Jian tipe anak manja dan cenggeng.

"Makanannya, tinggal dikit lagi, nih," kata Anary.

Jian mengangguk. "Jian makan banyak kan, Kak Aly? Bial api di badan Jian padem," ucap Jian lucu. Dan, itu membuat Anary tertawa renyah mendengarnya.

Interaksi Kakak beradik itu tidak luput dari pandangan Ana dan Sean yang berdiri di pintu depan ruangan. Mereka sangat suka melihat interaksi Jian dan Anary. Rasa kasih sayang terlihat dari mata mereka yang terang.

"A, walaupun Mama belum kenal lama Jian sama Ary, tapi Mama suka sama mereka. Apalagi Jian, A. Dia anaknya gak rewel, gak cengeng, dan penurut," kata Ana sambil tersenyum.

Sean menoleh, lalu menganggukan kepalanya. "Ary sama Jian emang baik, Ma," ucapnya.

"A, Mama liat-liat, Aa sama Anary lengket banget, deh. Aa kan biasanya gak bisa deket-deket lama sama cewek selain Tanisa. Tapi, sekarang Mama liat Aa barengan sama Ary terus, bukan sama Tanisa," kata Ana sambil menoel tangan anaknya.

"Kan, Aa udah bilang, kalau Ary itu baik. Dia juga banyak bantu Aa," timpal Sean.

"Tau A, tapi maksud Mama bukan gitu. Mama kan biasanya liat kamu sama Tanisa lengket kayak perangko. Tapi sekarang, Mama liatnya kamu lengket sama Ary. Kamu juga anter jemput Ary, kan?"

Sean berdecak, "Kan Mama tau, Tanisa punya pacar."

"Tapi waktu itu, walaupun Tanisa punya pacar, Aa tetep anter jemput dia. Aa juga sering main sama dia. Tapi sekarang kayaknya enggak," kata Ana.

"Mama, Tanisa tuh makin lengket sama pacarnya. Dia di anter jemput sama Laksa, Ma."

Ana menatap wajah anaknya yang terlihat kesal. "Aa tau gak, kenapa Mama ngomong kayak gini sama Aa?" tanyanya.

"Mama iseng doang, kan? Mama mau goda Aa? Mau bikin Aa ngomongin Tanisa yang punya pacar. Iya kan, Ma?"

Ana menggeleng. "Mama ngomong gini, karena Mama takut, kalau Aa cuma jadiin Ary pelampiasan karena Tanisa udah gak selalu sama Aa. Mama gak mau, ya. Kalau nanti, Mama denger cewek nangis gara-gara Aa."

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang