Sepuluh

4.9K 641 40
                                    

Sebelum baca vote sama komennya jangan lupa yaa😊

Don't forget follow PfAu__

-SELAMAT MEMBACA-



















"Ry, gue duluan ya. Bye."

Prisila melambaikan tangannya berpamitan dengan Anary. Membuat Anary yang sedang membereskan bukunya menoleh dan balik melambaikan tangan.

Walaupun baru beberapa jam kenal. Tapi, rasanya mereka seperti sudah berkenalan lama sekali.

Prisila memang kelihatan agak galak. Namun, aslinya dia baik sekali.

"Ck, ni buku paket banyak amat, ya," gumam Anary. Dia memasukkan beberapa buku paket tersebut ke tasnya. Lalu, yang lainnya dia gengam menggunakan tangan.

Menjadi anak baru, membuat Anary harus mensinkronkan dirinya agar bisa mengikuti teman-teman barunya.

Anary melangkahkan kakinya keluar kelas. Dia harus cepat-cepat membawa Jian di rumah Tante Ana. Dia berencana akan membawa adik kecilnya itu ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan untuk di rumahnya.

"Ry!"

Langkah Anary langsung berhenti saat seseorang memangilnya. Dia buru-buru menoleh dan mendapati Sean yang melambaikan tangan mendekat ke arahnya.

"Widih rajin banget. Pake bawa buku paket sebanyak ini," kata Sean.

Anary memutar bola matanya malas. "Bukan gue yang mau! Ini di suruh bawa sama wali kelas!"

"Rajin banget wali kelas lo. Sampe nyiap-nyiapin buku paket buat anak baru gini."

Anary menghela nafas. Dia juga tidak mengerti, kenapa wali kelasnya itu benar-benar ingin Anary cepat-cepat mengisi nilai.

Apa karena pengaruh orang yang memasukkannya ke sekolah ini?

"Udah ah, berat ni buku. Gue duluan," pamit Anary. Lalu, dia memutar badannya dan kembali berjalan meninggalkan Sean.

"Woy elah! Belum selsai malih!"

Sean berlari dan berdiri tepat di depan Anary.

"Ada apaan lagi?" tanya Anary.

"Lo baliknya bareng gue, yap? Mau jemput Jian juga, kan?"

Anary celingak-celinguk sekitar. Mencari keberadaan sahabat Sean.

"Lah? Tanisa mana? Lo gak bareng dia?"

Sean menggeleng. "Gak. Dia pulang sama pacarnya," kata Sean lemah.

Ingin rasanya Anary tertawa keras di depan Sean. Namun, dia berusaha menahannya.

Bagaimana tidak dia tidak ingin tertawa? Terlihat sekali kalau laki-laki di depannya ini tidak terima saat mengatakan bahwa sahabatnya pulang bersama pacarnya.

"Sad boy banget si lo! Kalau lo suka sama dia tuh, perjuangin geblek!" sungut Anary.

Sean menjitak kepala Anary. "Yee! Lo pikir gue belum bilang kalau gue suka sama dia? Udah anjir! Cuma dianya lebih milih pacar brengseknya itu!"

Anary tertawa mengejek. "Jangan kalah, dong. Lo buat dia jadi mau sama lo!"

Sean menghela nafasnya. "Udahlah jangan ngomongin itu. Sekarang ayo keparkiran."

Sean berjalan ke belakang Anary. Lalu, memegang ke dua bahu Anary dan mendorongnya sampai ke parkiran.

"Motor lo dimana?" tanya Anary.

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang