Tiga puluh tiga

3.6K 488 96
                                    

Siapa tim #seanAnary?
Atau #AnaryKeano
Atau #Sean Tanisa?

Jangan lupa vote sama komen ya!! <3

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬

SELAMAT MEMBACA

▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬▭▬






























Sean memutar kunci mobil di tangannya sambil bersiul-siul. Kakinya menapaki anak tangga di undakan rumahnya. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum sejak tadi. Tepatnya, sejak saat Anary mengatakan bahwa untuk ulang tahun Jian, dia akan memakan banyak kue buatan Mama Ana atas permintaan Jian

Ya, kemarin sepulang dari Bandara, mereka tidak jadi mencari kado karena hujan yang tiba-tiba turun sangat deras. Dan saat Sean mengajak Anary untuk membeli kado tadi, gadis itu mengatakan bahwa dia akan memakan banyak makanan berasa atas permintaan adik tercintanya.

Kado yang sangat aneh. Namun, itu yang diminta oleh anak laki-laki pada kakak perempuannya yang tidak menyukai makanan berasa.

"Habis dari mana, A?"

Langkah Sean berhenti. Kepalanya menoleh ke satu suara yang menanyainya dengan kalimat itu. Dia tersenyum manis saat melihat Mamanya yang berdiri di puncak tangga lantai dua.

"Mama," sapa Sean. Dia bergegas naik ke lantai dua, menyalimi tangan Mamanya. Senyum manis Mamanya membuat Sean membalas senyum itu tak kalah manisnya. Mata anak dan Ibu itu saling tatap, sampai Sean menyadari, bahwa ada sesuatu yang ingin Mamanya bicarakan.

"Mama ada yang mau dibicarain sama Aa, ya?" tanya Sean.

Ana mengangguk. "Anak pinter. Tau banget kalau Mamanya mau bicarain sesuatu sama kamu," katanya sembari mengusap bahu Sean.

Sean terkekeh. "Aa selalu tau dari tatepan, Mama."

"Ya udah, ayo kebawah. Ada yang mau Mama bicarain sama kamu."

Ana menarik tangan putranya turun dari lantai atas menuju sofa depan televisi. Dia mendudukkan badannya di depan Sean yang sudah menghadap ke arahnya.

"Apa yang mau Mama omongin sama Aa?"

Ana menarik napas, lalu berkata. "Tadi Tanisa dateng kerumah."

"Mau apa?" Dahi Sean mengerenyit.

"Ngadu sama Mama, katanya Aa jadi berubah sama dia."

Sean mendengkus. Dia mengubah posisi duduknya menjadi ke depan. "Kenapa harus ngadu ke Mama, Sih," gumamnya kesal.

"Mama gak ngerti kenapa Tanisa bilang itu sama Mama. Dia bilang Aa gak mau deket-deket lagi sama dia," kata Ana sambil menatap wajah kesal anaknya.

"Aa bukan gak mau deket-deket lagi sama Tanisa, Ma." Sean kembali menatap Ana. "Cuma sekarang, Aa lagi berusaha buat jauh dulu dari Tanisa."

"Kenapa?"

"Biar Aa terbiasa," jawab Sean sambil membuang wajahnya. "Mama sendiri yang bilang sama Aa, kan? Kalau Aa gak boleh maksain kehendak Aa sendiri."

"Aa lagi belajar terbiasa jauh sama Tanisa. Mama tau 'kan kalau Aa suka sama Tanisa selama ini?"

Ana mengangguk.

"Nah. Aa udah sadar kalau sebenernya perasaan Aa ke Tanisa tuh, bukan perasaan suka kayak Mama ke Papa. Aa salah paham sama perasaan Aa sendiri. Mungkin Aa ngerasa kayak gitu karena dari kecil Aa barengan terusnya sama Tanisa." Sean beranjak dari duduknya. "Mama ngertikan?"

SEAN DANANTYA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang