Bagian tiga puluh delapan : Kita baikan!

81 6 0
                                    

_______________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_______________

Aku jemput jam
7. Gak ada
penolakan ya!

Eh!

Apa maksudnya?
aku sedang tidak
ada di rumah.

Hei!

Ekiii! Jangan
gegabah jadi
orang tuh!

Ihh, Ekii!

________________

Namun sepanjang Sita memberikan spam chat pada pria yang dengan sembarangan menentukan waktu pertemuan mereka tanpa mengkonfirmasikan dengan Sita lebih dulu, berakhir sia-sia saja. Hingga menit ke-10 pun tidak ada balasan dari pria itu.

Dibalik meja rapatnya kali ini, Sita duduk gelisah. Kekhawatirannya itu terbaca oleh salah satu rekannya yang duduk di samping kanan.

“Ada masalah Sita? Kamu keliatan gak oke hari ini,” tanya Della sebagai salah satu tim HDR yang mengikuti rapat dengan manager mereka terkait kendala yang terjadi di kantor cabang di Kalimantan.

Sebenarnya seperti perkantoran pada umumnya, kantornya juga menerapkan sistem weekend sebagai hari libur. Namun karena kejadian yang mendadak ini, Sabtu pagi tadi, ponsel Sita sudah ramai oleh keluhan rekan-rekannya terkait jadwal masuk. Untung saja waktu itu Sita sudah mandi karena sudah terbiasa mandi pagi sebelumnya. Sehingga, saat yang lainnya masih berkutat dengan perabotan di kamar mandi mereka, Sita sudah bersiap berangkat.

“Gak, Dell. Aku cuma masih agak shock karena jadwal masuk dadakan ini,” balas Sita sambil berbisik. Alasannya memang tidak sepenuhnya bohong, tapi jika terkait membeberkan masalah pribadinya di jam-jam seperti sekarang, kayaknya bukan waktu yang tepat.

Della mengangguk-angguk setuju. “Kamu bener, aku juga paling males kalau ada jadwal masuk gini di tengah-tengah hari libur,” keluhnya yang sama seperti yang lain, tersiksa oleh acara rapat dadakan.

Sita menghela napasnya dengan panjang. Kiranya sudah tiga jam dia duduk di tempat yang masih sama dengan yang terakhir kali dia tinggalkan beberapa menit yang lalu untuk pergi ke toilet. Karena gak mungkin juga membalas pesan Hideki saat rapat sedang berlangsung. Sita pasti kena omelan dan dianggap tidak profesional karena mencampuradukkan perkara kantor dengan urusan pribadi.

Setelah Sita mengirimkan pesan bahwa Hideki tak perlu menunggunya karena dia sedang terjebak di ruang rapat, pesannya tak kunjung mendapatkan balasan dari Hideki. Hal itu membuat Sita cemas jika Hideki benar-benar menunggunya nanti. Dia tahu rasa sebalnya menunggu sesuatu yang entah kapan datangnya. Sita juga tidak mungkin harus menunggu Hideki hingga membalas pesannya dan absen di ruang rapat terlalu lama. Setelah memastikan bahwa riasan wajahnya masih bagus, Sita memutuskan keluar dari kamar mandi dan kembali berkutat dengan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan orang dewasa.

Bye-bye, cry! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang