Suasana kelas 11 IPA-2 SMA Bakti Kencana sedang ramai oleh kegiatan siswa-siswi yang hilir mudik karena adanya kunjungan dari ketua Yayasan Bakti Kencana bersama dengan kolega lainnya. Kali ini, yang menjadi objek mereka adalah pasangan suami-istri yang cukup terkenal diranah idola mereka.
Siapa pula yang tak mengenal juru fotografer handal yang sukses membina hubungan rumah tangganya dengan model kelas atas seperti, Agata Blinda Agler. Bahkan, separuh dari siswa di kelas Sita dan Widan, sudah berhamburan keluar. Hanya untuk melihat pasangan tersohor itu.
Widan berdecap kesal, dia paling tidak suka jika kedua orang tuanya bertindak seperti ini. Meramaikan suasana saja, padahal mereka tahu, bahwa kedatangan keduanya dapat membuat sebagian besar orang—bahkan dari kalangan sejawat lainnya—merasa iri.
“Orang tua lo, Dan. Gak nyangka, masih aja romantis gitu,” cibir Sita.
Dia melihat tante Agata yang memeluk erat tangan kanan suaminya, Zeroun Agler. Dia juga tergelitik saat melihat wajah masam dari Widan.
Widan mengedikkan bahunya tak acuh. “Kurang masa muda kali,” sahutnya seraya menyugar rambut.
Widan tersenyum jenaka pada Sita. “Gue udah keren belum sih?” tanyanya dengan menaikturunkan alis, menggodanya.
Sontak Sita bertindak pura-pura muntah. Dalam hatinya dia mencibir kelakukan Widan yang tidak jauh dari ayahnya. Like father like son.
“Jauh-jauh sana! Gue mau melakukan kerjaan faedah selagi gabut,” usir Sita, kentara sekali jika dia sedang marah.
Widan tersenyum menyeringai, dia mengusap kepala Sita dengan lembut. Sita membeliakkan matanya. Dia tahu perihal kelakuan Widan setelah ini. Sayangnya, dia tidak pandai untuk mengelak. Terlambat sudah.
“AAAA!” pekik Sita.
Bagaimana tidak berteriak, Widan malah sengaja menarik rambut pony tile yang sudah Sita jaga baik-baik, sekarang terlihat seperti rambut gembel saja.
“WIDAN! LO NYEBELIN BANGET SIH, JADI ORANG!!”
Tersangka teriakan Sita malah dengan anteng menyaksikan amukan Sita padanya di ambang pintu kelas. Dia menyelipkan satu tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana dan sebagian lainnya menyangga kosen pintu.
“Ck, Sit, lo udah macam gembel amat,” kelarnya. Mengundang sebagian teman lainnya, ikut melihat ke arah pandang Widan.
Sita sedang mencak-mencak berang, sambil membetulkan rambutnya. Hampir saja tawa mereka meledak karena melihat rambut berantakan dari Sita.
Mereka langsung mengulum senyum sungkan, karena ditatap begitu sengit oleh Sita.
“WIDAAAN POKOKNYA LO HARUS TANGGUNG JAWAB!”
Widan kelabakan, kini giliran Widan yang kepayahan menenangkan Sita yang sudah berkaca-kaca. Widan berusaha membujuk Sita dengan rayuannya, tapi rupanya Sita mempunyai akal bulus dibalik tindakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bye-bye, cry! [END]
ChickLit[OTW Revisi 2023] Sita Parwari memiliki sahabat yang berbeda 6 bulan dari bulan kelahirannya, Widan Bramantyo. Jika yang satu menyukai lukisan, maka satu lagi menyukai fotografi. Mereka mengungkapkan perasaan melalui cara yang berbeda, tapi tetap...