Bagian dua puluh : Mood Boster

55 6 0
                                    


Penjelasan menggantung dari Widan membuat Sita dongkol setengah mati! Dia gemas sekali pada om Zeron yang memanggil anaknya di waktu yang tidak tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penjelasan menggantung dari Widan membuat Sita dongkol setengah mati! Dia gemas sekali pada om Zeron yang memanggil anaknya di waktu yang tidak tepat. Sita sampai-sampai merobek-robek kertas demi mengurangi rasa kesalnya.

“Aghh ... Om Zeron kenapa ikut ngeselin sih!!” maki Sita.

“Pokoknya Widan harus tanggung jawab! Dia udah bikin aku penasaran banget sama penjelasannya!!” teriak Sita lagi.

Setelah menguatkan tekad, Sita beranjak dari kasurnya dan merapihkan penampilannya agar terlihat lebih segar demi menuntut penjelasan dari Widan!

Kita lihat aja nanti!

•••

Penjamuan atas kedatangan keluarga Agler bersama keluarga Adirajada memang kerap terjadi. Setidaknya dalam kurun waktu setahun, mereka akan mengadakan tiga sampai lima kali pertemuan. Baik dalam acara formal maupun informal. Demi menjaga tali silaturahmi, begitu katanya. Tapi Sita yakin, dibalik semua alibi itu, alasan bisnis lah yang menjadi faktor utamanya.

Sita mulai meragu akan pilihannya keluar dari kamar—tempat sembunyinya itu—memang benar atau salah. Selepas turun dari tangga, semua pasang mata tertuju ke arahnya. Dia mengumpat dalam hati karena perasaan gugup yang dirasakannya. Sambil menjaga image-nya dihadapan orang-orang yang kini menatapnya penuh tanda tanya besar, Sita tetap bersikap anggun ketika menghampiri ruang makan, tempat berkumpulnya dua keluarga tersebut.

“Maaf atas keterlambatannya. Tadi ada kendala sedikit,” ucap Sita, tulus.

Dia duduk di samping April dan alisnya terangkat sebelah saat melihat kursi kosong di seberangnya. Seakan mengerti kebingungan yang melanda keponakan yang terus dia perhatikan sejak insiden "pendiam" nya itu, April membisik pada Sita. “Itu tempatnya anak Om Aaron sama Tante Alecia yang baru pulang dari Jepang,” jelas sang tante.

“Siapa Om Aaron itu emangnya?” Maklum saja, selain karena Sita malas saat berkumpul seperti sekarang ini, dia bukan pengingat yang baik.

April menautkan kedua alisnya, dia menatap heran keponakannya tersebut. “Serius, kamu gak tahu tentang pasangan Om Aaron sama Tante Alecia?”

Suara tantenya itu terdengar seperti horor ditelinga Sita. Emang kenapa kalo aku gak tahu? Ngaruh banget emang? Sita mengedikkan bahu, lalu fokus pada makanannya. Meski sebenernya dia merasa mual karena merasa banyak pasang mata yang memerhatikannya.

April mencubit paha Sita cukup keras, hampir saja Sita tersedak dan berperilaku tidak anggun. Bisa kena semprot Mama kalo gitu! Sita melirik tantenya dengan malas. “Kenapa lagi, Tan?”

Bye-bye, cry! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang