Epilog

257 16 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teruntuk Sita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teruntuk Sita.

Ta, udah lama kita gak komunikasi lagi ya? Aku harap, kamu baik-baik aja saat ini. Aku bakalan jelasin secara singkat kenapa aku menghilang. Bahkan sebelum upacara pernikahan aku dengan Trella yang tinggal hitungan jari.

Terlihat seperti orang yang pengecut ya? Tapi aku sama sekali tidak menyesali keputusanku kali ini. Setidaknya dengan keputusan ini, nantinya Trella tidak akan menanggung rasa malu yang lebih banyak ketika titelnya sebagai gadis berubah dalam waktu yang singkat.

Sebenarnya sudah sejak dulu aku menyembunyikan penyakit ini yang lambat laun membuatku tidak bisa tumbuh normal seperti laki-laki kebanyakan. Bahkan di antara anggota keluargaku, hanya Tante Fricil yang tahu kondisiku saat ini. Itupun secara gak sengaja.

Singkatnya, aku gak mau membebankan kedua orang tua dengan penyakit yang susah sembuh ini. Biarkan waktu yang membuat semuanya berhenti.

Tepat ketika aku mau mengunjungi kamu buat terakhir kalinya, rasa sakit yang akhir-akhir ini menggangguku kembali menyerang. Kali ini rasa sakitnya berlipat-lipat sampai aku saja menangis.

Intinya, sejauh apapun kita nanti, kamu akan tetap menjadi sahabat dan wanita kedua yang aku sayangi setelah ibuku. Aku gak bisa nulis banyak, tanganku saja sudah bergetar dan kaku untuk menulisnya.

Sampai jumpa lagi, Tata.

Jangan lupa buat bahagia ya!


Perhatian Sita kini kembali terarah pada surat lusuh yang pernah Hideki berikan kepadanya.

Pesan terakhir yang bukan menjadi "akhir"

Semoga kamu suka dengan Galeri Seni yang aku kasih. Bisa dibilang, itu hadiah terakhirku buat kamu. Biayanya memang tidak sepenuhnya dari hasil keringat kerja kerasku, mengingat aku tidak ingin merepotkan siapa-siapa lagi diakhir hayat. Akhirnya aku putuskan buat mengalokasikan dana yang waktu itu Ayah kamu kasih dan sampai saat ini belum aku pakai. Kecuali saat membangun Galeri itu.

Kata dokter, aku sudah tidak boleh memaksakan diri untuk berpikir yang berat-berat lagi. Ini juga aku memaksakan diri loh buat nulis surat ini. Jadi, kamu harus menghargai usahaku ini walaupun tulisannya jelek ya.

Satu pesanku buatmu, jangan pernah berhenti untuk menyerah terhadap mimpimu ya. Jangan biarkan segala usahamu itu terbuang sia-sia, sekalipun kamu mendapatkan kemalangan, setiap usaha itu gak ada yang sia-sia, kecuali kamu emang berniat berhenti berusaha.

Gak banyak kata yang bisa aku sampaikan di sini. Tapi semoga kamu jangan lupakan aku ya. Haha, berbahagialah kamu, Tata.

Widan Bramantyo.

Sekalipun sudah berulang kali Sita membaca surat pemberian dari Widan, tetap saja linangan air matanya tidak dapat dia hentikan. Sita memeluk erat kedua surat itu dalam diam.

Tak lama berselang, sebuah tangan besar merangkulnya dari belakang. Dia menyimpan kepalanya di caruk leher Sita.

"Kamu udah janji buat gak nangis lagi. Nanti kalau kamu udah mendingan, kita nyekar ke Widan sama Bang Adya ya?"

"Bener? Janji loh."

Hideki mencuri cium pipi istrinya itu yang sekarang ini sudah setembem bapau yang disukai oleh Khariza, putra pertama mereka yang sudah menginjak usia lima tahun "Janji. Asalkan malam ini kamu jangan tidur dulu sama Khariza."

Seolah mengerti arah pembicaraan suaminya, pipi Sita langsung diserang rasa panas karena malu. "Mas!"

 "Mas!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Tamat~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Tamat~

Alhamdulillah tamat lagi dong. Setelah cerita ini hiatus beberapa bulan. Ya Alloh aku bangga banget🥺

Masih gak nyangka juga cerita ini bisa selesai di awal-awal tahun 2021 adalah hal luar biasa yang melegakan.😭🤧

Buat temen-temen yang baca cerita ini, yang ngasih vote, komen ataupun saran dan kritik, aku ucapakan terima kasih banyak ya. Sungguh, keaktifan kalian dicerita adalah hal terindah bagiku.

Tolong kasih review nya juga ya. 💚

Salam hangat,
Tanialsyifa

Bye-bye, cry! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang