Bagian tiga puluh tiga : Melanjutkan kehidupan

57 5 1
                                    

Melihat respon Sita yang seperti tidak tahu menahu tentang surat yang sengaja Hideki selipkan diranselnya, Hideki memutuskan untuk memberitahukannya dilain waktu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melihat respon Sita yang seperti tidak tahu menahu tentang surat yang sengaja Hideki selipkan diranselnya, Hideki memutuskan untuk memberitahukannya dilain waktu. Saat ini yang ada dipikirannya saat hari sedang cerah, adalah mengajak Sita keluar. Apalagi  hari ini termasuk hari libur mahasiswa di Chiba.

Setelah mengkonfirmasi bahwa Sita juga telah siap untuk mengikuti acara hangout bersamanya ini, mau tak mau Hideki menyunggingkan senyumnya tiada henti. Membayangkannya saja membuat Hideki merasa senang. Namun, tak selang beberapa lama, ingatannya kembali tertuju pada isi dari surat tersebut yang sudah dia baca.

Sejujurnya, dalam surat tersebut, sama sekali tidak memberatkannya, hanya saja Hideki skeptis dengan usulan yang ada dalam surat tersebut. “Ah, lupakan soal surat itu sejenak. Waktunya bersantai sebentar!” ucapnya dengan bersemangat.

•••

Salah satu keinginan Sita mengiakan ajakan Hideki adalah karena dirinya juga merasa bahwa akhir-akhir ini Sita memang memerlukan semacam refreshing untuk kembali menyegarkan otaknya. Kali ini, Sita turut berterima kasih karena pihak kampus sengaja meliburkan muridnya di hari cerah seperti sekarang.

Sebelum pergi ke Jepang untuk kedua kalinya, Sita sebenarnya sudah membuat daftar tempat-tempat yang wajib dia kunjungi selama berada di sini. Mungkin nanti Sita akan membagikan daftar itu kepada Hideki sebagai referensi untuk perjalanan mereka saat ini.

“Sebaiknya aku cepat bersiap-siap. Hideki suka datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Itu membuatku kesal karena harus terburu-buru!” rutuk Sita yang memandangi pantulan dirinya di cermin rias.

Mengesampingkan kekesalannya pada tabiat Hideki yang hampir menyerupai dosennya di kelas, tepat waktu. Sita beranjak ke kamar mandi setelah membongkar pakaian pada lemarinya.

“Ish, lagian kenapa juga aku harus bingung dengan pakaian yang aku kenakan?!”

Ternyata kekesalannya pada Hideki justru tambah berlipat-lipat. Apalagi saat Sita baru menyelesaikan ritual mandinya, dia mendapatkan pesan bahwa Hideki sudah berada di bawah asramanya. Sita pun berdecap dan mengirimkan pesan dengan geraman di setiap katanya.

_________________

Sudah aku katakan,
jangan terlalu cepat
menjemput!

Aku bahkan belum
bersiap-siap dengan
baik.

Sungguh tabiat
human Indo yg
buruk sekali.

Tenang saja,
kamu bisa bersiap
siap sesukamu.
Aku tunggu.

_________________

Bye-bye, cry! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang