Bagian delapan : Pilihan Sita

75 12 0
                                    

Kepala Sita terasa berputar, rasa pening pada kepalanya membuat tubuh Sita limbung hingga membuatnya terkulai lemas di lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kepala Sita terasa berputar, rasa pening pada kepalanya membuat tubuh Sita limbung hingga membuatnya terkulai lemas di lantai. Pratista panik dan langsung menghampiri putrinya.

"Mas! Sudah aku bilang jangan sekarang!" bentak Pratista yang sudah ikut terisak melihat putrinya.

Sita memandang lurus ke depan. Pikirannya kosong dan tidak terkendali. "A... pa?" gagap Sita.

Bima masih memasang tampang datar, tapi jauh dalam hatinya, dia ikut tersakiti melihat dua orang wanita yang disayanginya menangis bersamaan. "Kamu harus pilih, mimpimu atau Widan!" ulang Bima dengan tegas.

Sita mengangguk pelan. Di pandangnya Pratista yang sudah merangkulnya erat, pandangannya kosong tapi hatinya menjerit keras. Sita menghembuskan napasnya secara kasar.

"Sita pilih ..."

Waktu genap umur Widan enam belas tahun, mendadak laki-laki itu absen dari sekolah. Awalnya tidak ada yang aneh dan patut dikhawatirkan, karena setahu Sita, Widan hanya terkena flu biasa. Seperti demam, menggigil, dan batuk.

Karena Widan izin lebih dari tiga hari, teman kelas beserta Sita menjenguk Widan yang dirawat di rumah sakit.

"Padahal cuma flu, tapi malah sampai ke rumah sakit," gerutu Sita.

Sebenarnya Sita sangat merindukan Widan yang biasanya selalu Sita recoki. Melihatnya sedang terbaring lemah di brankar, membuat hati Sita ikut terenyuh. Sita menyenggol lengan Trella yang kebetulan ikut bersamanya untuk menjenguk Widan.

"Itu Widan bukan vampir kan? Mukanya pucat gitu," celetuk Trella.

Diam-diam, Sita pun menyetujui ucapan Trella. Wajah Widan memang terlihat lebih pucat dan terdapat beberapa ruam-ruam yang kemerahan di sekitar lengannya.

Meskipun Sita sibuk memikirkan tentang ruam-ruam aneh yang ada pada lengan Widan, tapi indera pendengarannya ternyata cukup baik dalam menangkap pembicaraan teman-temannya.

"Eh, katanya Widan tuh pilek, tapi kenapa sampai dirawat di RS segala ya?"

"Biasa anak sultan. Tapi dengar-dengar sih, Widan terkena infeksi mata sama gangguan saluran tenggorokan padahal."

"Yang bener dong kasih info! Orang di kelas booming-nya Widan tuh lagi flu tahu!"

Trella menghampiri mereka yang asik bergosip itu. "Heh, masih sempat ya itu mulut gosipin orang yang sakit!" omelnya sambil berkacak pinggang.

"Kalau mau gosipin orang lain, sana di luar! Gak usah banyak omong di sini," lanjut Trella.

Bertepatan dengan para penggosip yang keluar dari ruang inap Widan, mata Widan mengedip-ngedip, Sita langsung berseru heboh. Dia berteriak pada Trella supaya secepatnya memanggil dokter.

Bye-bye, cry! [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang