Bagian 20 // Pawang

73 12 0
                                    


Semua hal bisa berubah dalam sekejap. Entah itu perasaan, keadaan, atau sesuatu yang lainya. Setidaknya, hargai apapun itu waktu yang tengah kalian lalui ini.

Playlist : Not For Sale (ENHYPEN)

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT!!

^∆^

Murid-murid SMA Cendrawasih sudah berada di luar kelas mereka. Bel istirahat belum berbunyi, tepi karena tawuran yang terjadi di perairan tersebut yang membuat mereka semua sekarang tengah mengelilingi lapangan. Dimana sudah ada geng Renoir dan Otakata yang tengah berdiri dengan pak Bahrul yang berdiri membawa toak menceramahi mereka.

"Kalim semua ini pelajar apa preman hah?!"

Kedua geng itu hanya bisa menunduk sedari tadi. Walau ada beberapa dari anggota Otakata yang terang-terangan menatap guru Cendrawasih itu dengan tatapan tidak suka.

"Geng sampah seperti kalian ini, yang merusak generasi muda! Kalian hanya bisa berantem sana sini," marah pak Bahrul. "Tugas kalian itu belajar bukan jadi pemberontak! Paham kalian?!"

"REYNALDI ARKA FIDELYO!"

Semua perhatian teralihkan oleh seruan itu. Pak Bahrul menatap ke arah koridor, dimana salah satu guru SMA Sabana yang di panggil sudah datang dengan wajah murka.

"Cieee yang bakal ngedate bareng pak Taryono," ledek Arwan masi sempat-sempatnya.

Reynaldi yang berdiri di sisi Arwan hanya bisa menghela pelan. "Kayak ngga ada guru lain aja!" gerutu nya dalam hati.

Pak Taryono berdiri di depan Reynaldi dengan kedua tangan di pinggang dan nafas seperti Kerbau yang siap menyerang lawan di depannya.

"KALIAN INI SUDAH BOLOS! MALAH TAWURAN SAMA CENDRAWASIH PULA!" teriak pak Taryono tanpa tahu malu kalau ini bukan kawasan Sabana, yang dimana beliau bisa teriak dan bertindak sesukanya.

"Mereka yang menyerang duluan!" ujar Rey melirik geng Renoir yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Sengaja di beri jarak oleh pak Bahrul karena takut ada ronde kedua.

"Teman lo duluan yang sudah bikin babak belur siswa sini!" balas Agam tidak mau kalah.

"Jono ngga akan nyerang begitu saja tanpa alasan yang jelas," kata Rey sengit. Ia sudah menghadap ke barisan geng Renoir.

Agam hendak maju menyerang sebelum terhenti oleh suara toak pak Bahrul.

"Apa mau berantem lagi?! Berantem aja di lapangan, silakan! Saya tonton," tantang beliau.

Reynaldi maju duluan tanpa babibu. Masi tergurat jelas kemarahan di wajahnya. Entah perihal apa yang sebenarnya terjadi di balik semua itu. Masalah Jono hanya sebagai perantara agar bisa baku hantam lebih sengit dengan adanya alasan yang bisa di ketahui.

Bugh.

Suaranya begitu nyaring. Bahkan murid-murid Cendrawasih yang sedari tadi menonton pun tak bisa menutupi keterkejutan di wajah mereka, saat Rey memukul wajah Agam yang sudah banyak lebam-lebam dan Agam yang memukul rahang Rey dengan sama keras nya pula.

"Kalian, ya, benar-benar!" pak Bahrul berang. Beliau di ikuti pak Taryono mendekati masing-masing muridnya. Memisahkan keduanya dan memberi hadiah jitakan di masing-masing kepala.

Pak Bahrul meminta Jidan ketua OSIS yang sedari tadi berdiri tidak jauh untuk menjaga mereka, saat kedua orang tua Jono dan adiknya Sela, serta kedua orang tua Agung yang di panggil untuk membahas hal penting ini telah datang dengan berbagai ekspresi di wajah para kedua orang tua tersebut.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang