Bagian 26 // Siap bersaing?

50 13 0
                                    

Seharusnya kamu berjalan dengan percaya diri ke mimpimu. Karena, apa yang kita jumpai bukanlah tempat yang indah melainkan, jejak dari perjalanan menuju mimpi itu yang indah.

~ JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT ~

"Jadi gimanah persiapan lo?" tanya Rey pada orang yang duduk di depannya.

Orang itu mengacungkan ibu jarinya dengan wajah mantap. "Tenang aja gue sudah berusaha keras," ujarnya.

"Saking kerasnya, sampe lo kelihatan macam orang yang besok mau mati gitu," sindir Fahlefi.

Orang yang memakai topi puma itu, hanya membalas sindiran Fahlefi dengan kekehan.

Sekarang Otakata tengah berkumpul di salah satu cafe langganan mereka. Suasana cafe yang memberikan tema hutan benar-benar menenangkan. Banyak tumbuhan hijau di dalam cafe tersebut, ditambah dinding yang di lukis pepohonan hutan yang lebat dan hijau.

"Lo menerima syarat nya berarti lo tau konsekuensi nya, bukan?"

Arwan bertanya dengan tatapan kasihan melihat temanya yang terlihat berjuang demi membanggakan nama sekolah dan juga geng mereka. Sekaligus menjadi ketua Otakata next generation.

"Selalu ada perjuangan demi tercapainya tujuan bukan? Dan, gue ngga akan nyerah begitu saja. Apa lagi gue sudah sejauh ini," jelasnya.

Dana menepuk bahu Yoga dengan bangga. Di hari ini cowok itu, atau yang tak lain calon ketua Otakata setelah Rey ikut berkumpul. Reynaldi sengaja mengajak nya untuk sejenak mengistirahatkan otak sebelum memulai pertempuran nanti. Kantong mata Yoga terlihat jelas, dia pasti berusaha sangat keras untuk olimpiade yang sudah didepan mata.

"Oh, iya!" seru Aris. Cowok dengan kulit sedikit kecoklatan itu menyeruput kopi, lantas menatap satu persatu wajah teman-teman nya.

"Gue ada info terkait olimpiade nanti."

Dahi mereka mengernyit, dengan wajah bingung dan penasaran semuanya kompak diam, menunggu kelanjutan cerita Aris.

Aris tersenyum, bibirnya sedikit terbuka. "Nungguin, ya?" celetuk nya. Membuat mereka menghela berbarengan. Kenzo yang berada tepat di sisi kanan Aris bahkan dengan gemas menabok keras kepala cowok itu.

"Biar tau rasa!" ujar Kenzo gemas.

Aris mengusap kepalanya dengan kekehan geli. membuat Rey memutar bola matanya jengah. Tak heran sebenarnya, mengetahui tingkah Aris yang suka membuat orang-orang lain kesal dengan sifatnya.

"Gue buang ke jurang juga ya, lo, lama-lama," imbuh Kenzo.

"Oke-oke kali ini serius." sekali lagi wajah Aris tersenyum bahkan lebih lebar dari sebelumnya.

"TAHUN INI KITA JADI TUAN RUMAH!" teriak Aris senang. Tubuh cowok itu bahkan sudah berdiri dari duduknya dengan kedua tangan terbuka lebar.

Yoga refleks menunduk. Menutupi wajahnya dengan topi yang dia kenakan saat merasakan banyak pasang mata menatap ke arah meja mereka.

"Kuatkan hati hamba ya, Tuhan," pinta Savian pelan sembari memejamkan mata. Sedari tadi ia hanya diam mendengarkan sembari minum jus lemon. Tak ada maksud lain yang membuat nya terdiam, hanya saja, gusi nya tengah bengkak. Tak terlalu sakit memang, tapi gara-gara rasa kesal atas tingkah temanya itu yang membuat nya mengeraskan rahang yang berakibat pada rasa sakit yang luar biasa.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang