Bagian 38 // Kemarahan

55 10 0
                                    

Tidak ada yang lebih sakit dari pada kenyataannya bahwa seseorang yang telah kau anggap tidak akan pernah menyakitimu malah memberimu luka baru kembali.


Jangan lupa vote dan comment!

💠 :› 💠

Langit sudah gelap, tak ada lagi warna jingga yang bisa di lihat di atas sana. Semuanya gelap. Seperti raut wajah orang itu yang mengeruh di tambah suasana hati yang mulai terbakar, saat mendapati orang yang dia tunggu datang dengan musuhnya.

"Wi-windu?"

Windu tersenyum smirk melihat Ola yang turun dari boncengan motor Reynaldi. Ola sendiri dibuat kaget mendapati salah satu anggota Renoir yang sekarang tengah duduk di atas motor yang terparkir di depan gerbang rumahnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Rey membuka helm yang dia kenakan lalu, turun berjalan mendekati rivalnya.

"Urusan sama dia udah selesai kan?" tanya Windu menatap Ola sembari mengedihkan kepalanya pada Rey yang berdiri dengan wajah menahan emosi di samping Ola.

Melihat Ola yang hanya diam, membuat Windu menatap ketua Otakata tampa ekspresi. "Ngapain lo masi di sini?"

"MAKSUD LO APA HAH?!" marah Rey. Cowok itu bahkan maju dan mencengram jaket jeans yang Windu kenakan.

"Ck, apa sih lo berdua!" lerai Ola menarik tangan Reynaldi.

"Bisa ngga sih kalau ketemu ngga usah kaya Tom and Jerry? Cape gue lihatnya tiap ketemu selalu adu urat."

Ola menatap bergantian kedua cowok itu dengan tatapan kesal.

"Lo ngapain kerumah gue?" tanya Ola akhirnya pada Windu. Ia tak tahan terus berada di antara kedua orang yang saling melemparkan tatapan emosi yang terpendam.

Tatapan Windu beralih sepenuhnya pada cewek di depanya itu.

"Lepas dulu jaketnya," pintanya.

"Hah?"

"Oh."

Ola tersadar. Ia gegas melepaskan jaket Otakata yang sedari tadi dia kenakan dan memberikannya pada Reynaldi yang menatapnya dalam.

"Gue suka sama lo."

Untuk kesekian tubuh Ola mematung dengan degub jantung yang tak normal. Memang itu bukan pengakuan Windu yang pertama kali, tapi tetap saja hal tersebut mampu membuat tubuhnya seakan terkena aliran listrik berskala kecil.

"Dan lo belum jawab itu," lanjut Windu.

Bughh.

"HEH!" jerit Ola terkejut bukan main saat Rey memukul wajah Windu.

"GA LO APA-APA SIH?!" marah Ola. Area kompleks rumahnya yang sepi membuat Ola hampir berteriak kencang saking frustrasi nya menghadapi kedua cowok di hadapanya.

Ola membantu tubuh Windu yang terjatuh. Sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Sebaiknya lo pulang!"

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang