Bagian 50 // Anak bawang dan rahasianya

35 10 4
                                    

Ada saatnya membiarkan diri sendiri sedih, tanpa harus memaksakan untuk kuat. Hidup tidak selalu sesuai dengan rencana dan menangis adalah hal yang di butuhkan untuk meluapkan perasaan.

Wanbuuu(⁠ʃ⁠ƪ⁠^⁠3⁠^⁠)HAPPY READING!!

💠:›💠

Udara malam yang semakin dingin tidak menghentikan niat orang-orang mendatangi tempat ini. Jalanan masi basah, itu artinya tidak ada balapan yang akan di lakukan. Entah mereka berkumpul untuk alasan apa. Hal ini pula yang tengah berkecamuk di benak pengendara motor hitam besar itu. Motor yang khusus dia pakai ketika ingin datang ke tempat ini.

Ia menghentikan motor besar itu lalu, memarkirkannya di samping barisan motor yang sangat dia kenali.

"Datang juga lo akhirnya," ucap cowok berbadan kekar yang hanya mengenakan kaos singlet di cuaca dingin ini.

"Yang benar aja lo bang, ngga dingin emang?" tanyanya berjalan mendekat. Ia mengepalkan satu tangan dan memberi tos satu sama lain.

"Habis olahraga gue," jawab cowok yang memang terlihat rambut yang sedikit basah dan juga keringat di lehernya.

"Udah lama lo ngga kesini. Gue kira lo lupa sama kita," ujar cowok yang tengah menyenderkan tubuhnya ke pohon.

Mendengar itu, ia hanya bisa terkekeh kecil enggan menjawab.

"Ngomong-ngomong ada apa bang?" tanyanya. "Ada yang cari masalah ya, sama Deimos?" lanjutnya dengan mata memincing penasaran.

Cowok yang memakai kaos singlet, yang tidak lain adalah Felix itu melirik sebentar Marcello yang memasang wajah prihatin.

Felix mengangguk sebagai jawaban. Orang di depannya melotot kaget.

"Terus gimanah? Dia nantangin buat balapan, sekarang?" tanyanya beruntun. Pasalnya setiap orang yang mencari masalah dengan Deimos kebanyakan adalah orang-orang yang tidak terima sudah kalah dari Elang atau Kai. Dan beberapa dari mereka mencari orang baru untuk melawan Elang dengan harapan ketua Deimos itu kalah.

Helaan nafas panjang terdengar jelas dari mulut Marcello. Cowok dengan rambut potongan mulet itu berjalan ke arah temannya yang menampilkan raut penasaran.

"Lebih parah dari pada itu," ucap Marcello dengan salah satu tangan berada di bahu cowok itu. Ia memejamkan matanya. " Sebenarnya apa yang udah lo perbuat, Gam?"

Entah kenapa tubuh Agam merasa merinding saat Marcello bertanya dengan nada pelan. Padahal jaket hitam yang dia kenakan tidak bisa di tembus angin malam.

"Lo pakai nama Deimos dimana? Dan apa lo sudah berbuat hal yang membuat tiga orang itu marah?" tanya Felix serius.

Kerutan di dahi Agam semakin terlihat jelas. Ia menggeleng cepat dengan mata panik. "Gue ngga pernah pakai nama Deimos diluar dan lagi, gue ngga seberani itu untuk bertingkah," jelasnya.

"Lo yakin?" tanya Marcello memastikan.

"Serius bang!"

"Gue ngga tau sebenarnya ada masalah apa. Mereka bertiga belum memberi tahu kita berdua. Kita hanya disuruh untuk memanggil lo kesini," ucap Felix. Agam yang mendengar itu semakin khawatir sendiri.

Evanescent [END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang